Pengelolaan Hutan Harus Mampu Ikuti Perkembangan Teknologi

Pengelolaan Hutan Harus Mampu Ikuti Perkembangan Teknologi
Tangkapan layar peringatan Dies Natalis Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2020. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Peringatan Dies Natalis Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2020 dilakukan dengan keterbatasan waktu dan tempat, karena pandemi Covid-19, dan peringatan ini dilakukan secara virtual.

Ketua Panitia Dies Natalis Program Ilmu Kehutanan USU, Prof. Mohammad Basyumi mengatakan, tema tahun ini adalah Silvikultur di Era 4.0: Inovasi, tantangan dan peluang.

Karena menurutnya sumber daya hutan sangat penting sebagai penyumbang devisa negara, yang memiliki nilai eknomi dan ekologi tinggi.

“Adanya revolusi industri 4.0 atau generasi ke empat dalam pengelolaan hutan juga harus mampu mengikuti perkembangan, yakni pada pola digital economy, artivicial intelligence, big data, robotic,” kata Basyumi, Selasa (10/11).

“Sehingga sektor kehutanan pun dituntuk mampu mengimbangi perkembangan yang ada, melalui peningkatan sumber daya manusia”, katanya.

Menghadapi tantangan itu, sektor kehutanan dituntut untuk melakukan banyak perubahan bidang teknologi dan pengembangan. Peningkatan kapabilitas sumberdaya manusia sangat ditekankan pada revolusi ini.

Sejalan dengan hal tersebut, keberadaan silvikulturis sebagai ujung tombak pembangunan hutan diharapkan mampu memberikan inovasi, dan menjawab tantangan dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan.

Dies Natalis Program Ilmu Kehutanan USU tahun 2020 juga menghadirkan berbagai nara sumber yang berkompeten dibidangnya, salah satunya PT. Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) perusahaan bubur kertas di Tapanuli, Kabupaten Toba Kecamatan Parmaksian.

Adventris Lestarina Hutagaol, peneliti eucalyptus di TPL memaparkan sistem dan mekanisme kerja dalam melakukan penelitian.

Adventris mengatakan penelitian, implementasi, monitoring dan evaluasi, perbaikan dan pengembangan tanaman, merupakan satu rangkaian kinerja silvikultur. Contohnya untuk menghasilkan pohon eucalptus yang bagus, diperlukan siklus dan proses berdasarkan mekanisme, ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Dalam melakukan pengembangan pembibitan diperlukan pengetahuan dan penelitian tentang nutrisi tanah, silvikultur dan hutan, pemantauan kesehatan tanaman, perbaikan pohon dan pembibitan. Inilah yang disebut ilmu Silvikultur 4.0. Dan di perusahaan saya telah berhasil mempertahankan mekanismenya sehingga mencapai target 2.6 juta bibit pohon eucalyptus perbulan, sebagai bahan baku produksi pulp,” kata Adventris Hutagaol.

Perusahaan pulp yang dikelola dengan baik dan berkelanjutan, adalah salah satu moto dari TPL. Advisor Socap Toba Pulp, Lestari Ir. Simon H. Sidabukke, M.Si Cand (Dr) mengucapkan terima kasih kepada USU yang telah melibatkan TPL dalam kegiatan Dies Natalis Fakultas Kehutanan tahun 2020 ini.

Menurutnya Silvikultur 4.0 sangat penting karena semakin tingginya teknologi pembibitan dan pengembangan tanaman khususnya bagi tanaman industri.

Simon Sidabukke mengatakan Tpl selalu melakukan tahapan pengelolaan bibit melalui klone di nursery, pengolahan tanah, penanganan terhadap hama dan penyakit. Dan tetap mencari klone baru melalui riset utntuk memenuhi kriteria, dijadikan bahan baku pulp yg berkualitas utk memenuhi keinginan pasar.

“Terkait kegiatan Dies Natalis ini, TPL menceritakan begitu canggihnya teknologi dalam hal pemilihan jenis tanaman, pengujian dan penyeleksian untuk dijadikan tanaman induk, dan dikembangkan di lapangan.

“Saya yakin dengan ilmu pengetahuan Fak. Kehutanan USU dapat menciptakan sumber daya manusia yg berkualitas yg dibanggakan dan memiliki daya saing dari daerah lainnya di pulau Jawa, dalam menunjang pengembangan iptek utk kemakmuran di sumatera utara melalui dunia usaha kehutanan” kata Simon Sidabukke.

(VIT/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi