
Kiri-kanan: Pemerhati Danau Toba, Richard Sidabutar, Tenaga Ahli Bidang Ekonomi BPODT, Edward Sinuhaji, Kepala Dinas Pariwisata Tapanuli Utara, Binhot Aritonang dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Utara 2014-2019, Sutrisno Pangaribu (Analisadaily/Christison Sondang Pane)
Analisadaily.com, Medan – Badan Penyelenggara Otorita Danau Toba (BPODT) sejak diberikan kewenangan mengembangkan kawasan wisata itu pada 2016 memang telah ada membuat perubahan, termasuk pembangunan destinasi.
“Kegagalan pembangunan di banyak daerah karena jarang menerapkan persiapan sosial. Ini penting dilakukan, karena di sana nantinya ada proses sosialisasi dengan masyarakat setempat,” ujarnya. Hal senada disampaikan Richard, yang mengatakan, pendekatan harus dirubah, jangan lagi otoritatif. Dia menegaskan, warga di sekitara Danau Toba itu sangat terbuka, sangat menghormati siapa pun. “Tidak boleh juga pembagunan ini hanya dipandang secara kemewahan lewat mendirikan bangunan-bangunan semata. Itu memang penting, tapi bukan itu yg dinginkan warga,” tegas mantan anggota DPRD Sumut ini. Ia juga menyampaikan, empat tahun keberadaan badan otortita Danau Toba perlu dievaluasi karena ada yang tidak baik, setelah melihat bagaimana penanganan masalah-masalah yang ada di Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba. Namun begitu, ia mendorong pemerintah kabupaten yang ada di wilayah Danau Toba agar membantu masyarakat untuk mensertifikatkan tanah. Sebagai antisipasi, kata dia, karena puluhan tahun kedepan ada banyak investor-investor yang masuk ke sana. Pada kesempatan itu, Edward menyampaikan, sebenarnya ada banyak hal yang sudah dilakukan lembaganya untuk membangun kawasan objek wisata Danau Toba. Namun, masih perlu untuk terus dilakukan dan membutuhkan dukungan dari banyak pihak. “Mari sama-sama kita perbaiki Danau Toba, karena kita semua sangat cinta, apalagi saya yang sudah lama tinggal di sana. Jadi, saran-saran yang diberikan akan kita akomidasi,” kata Edward. Binhot menyampaikan, Pemkab Tapanuli Utara sangat mengharapkan BPODT bisa membantu daerahnya, termasuk dalam membangun kerjasama dan koordinasi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. “Kita membutuhkan kerjasama yang luar biasa untuk mengatasi persoalan yang ada. Sehingga dengan begitu, kita bisa mengkoordinasikan seluruh kepentingan-kepentingan pembangunan warga dan objek wisata Danau Toba,” tutur Binhot. Namun demikian, ada sejumlah hal yang penting untuk tetap diperhatikan Badan Penyelenggara Otorita Danau Toba dalam setiap rencananya. Sutrisno menambahkan, Danau Toba bukan sekedar tempat wisata alam, tapi ada yang lebih mendasar dari itu, yakni kekayaan budayanya. Masih kata dia, perlu dipikirkan bagaimana setiap pengunjung yang datang langsung mengetahui, bahwa tempat itu memiliki ciri khas. “Misalnya, setiap pintu masuk ke Danau Toba, dibuat ornamen-ornmen yang mendeskripsikan wilayah itu, atau kebudayaan di sana, seperti alunan-alunan musiik Batak. Sehingga, orang datang langsung tahu,” kata dia. Tidak itu saja, dia juga menyarankan agar pemerintah kabupaten memperkuat promosi produk-produk lokal, seperti kacang Sihobuk atau daerah khusus penghasil pertanian semacam nenas. “Ini harus dikemas dengan baik. Selain itu, Kementerian yang punya lembaga pelatihan harus di bangun di sekitar Danau Toba. Ini dapat memastikan ada yang datang ke san. Kita lihat misalnya seperti bogor, atau puncak,” paparnya.(CSP)