Guru kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Seisuka Deras, Kecamatan Sei Suka, Batubara, Hinextri Pasaribu SPd, saat mengajar daring untuk muridnya. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Setelah menerima pekerjaan rumah dari murid-muridnya lewat grup aplikasi Whatsapp (WA) seperti ditugaskan, guru kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Seisuka Deras, Kecamatan Sei Suka, Batubara, Hinextri Pasaribu SPd, mengaku takjub.
Dari para muridnya, dia menemukan berbagai kalimat ungkapan bangga sang anak kepada orang tuanya karena besarnya tanggung jawab yang diemban bagi keluarga.
"Saya sayang sama Ayah karena dia bekerja dari pagi sampai malam demi membiayai keluarga kami," ungkap Bilqis, seperti dikutip Nextri, panggilan akrab guru perempuan ini kepada Analisadaily.com, Rabu (18/11).
Kalimat tulus lainnya diutarakan Indri. Sang murid menulis, "Saya akan selalu menyayangi Mama, karena Mama selalu sabar merawat kami, anak-anaknya, tanpa pernah mengeluh."
Kalimat-kalimat itu adalah bagian akhir dari tugas sekaligus capaian murid Hinextri setelah belajar tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab yang masuk ke dalam pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Salah satu murid kelas V SDN 6 Seisuka Deras, Kecamatan Sei Suka, Batubara, memperlihatkan hasil belajar terkait hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam pelajaran PPKn. BDR dirancang dengan melibatkan anggota keluarga peserta didik.
Optimalisasi BDR
Guru yang juga merupakan Fasilitator Daerah (Fasda) Program Pintar Tanoto Foundation Batubara ini menceritakan, saat ini, belajar dari rumah (BDR) sudah jadi istilah yang biasa terdengar di kalangan pendidik, orang tua, peserta didik dan lainnya selama masa pandemi virus Corona 2019 (Covid-19) ini.
Proses pembelajaran ini juga sudah bukan masalah baru lagi karena memang sudah dan tengah dialami.
"Namun, memberdayakan BDR dan membuatnya bermakna serta menyenangkan peserta didik dan orang tua masih jadi tantangan. Guru terus mengupayakannya demi memenuhi hak peserta didik, baik lewat belajar daring, luring, maupun kombinasi keduanya yang disesuaikan kondisi peserta didik," paparnya.
Diakuinya, merancang pembelajaran bermakna dan menyenangkan bukan hal mudah. Tergantung peserta didik apakah bisa menerima proses belajar yang disampaikan guru. Tentu juga harus menghasilkan pengetahuan dan kompetensi baru bagi murid.
"Guru perlu merancang pembelajaran yang benar-benar bisa diterima siswa. Tujuannya, memudahkan anak belajar di rumah dan dapat dilakukan senang hati, bukan beban," katanya.
Selain itu, kegiatan belajar seperti ini juga bisa memudahkan orangtua dalam mendampingi anak belajar di rumah tanpa dibebani oleh kalimat, bahasa buku atau modul yang mungkin terlalu baku dan sulit dipahami.
Dengan berbagai pertimbangan yang disebutkan sebelumnya, Nextri mencoba merancang pembelajaran yang lebih kreatif. Selama ini, proses belajar yang diampunya ialah belajar daring dan luring lewat grup WA kelas. Sesekali menggunakan aplikasi Zoom meeting.
Dia kemudian mencoba rancangan pembelajaran untuk PPKn. Pertama, disampaikan materi pembelajaran melalui grup WA kelas tentang pengertian hak, kewajiban dan tanggung jawab.
Materi ini lalu didiskusikan dalam grup WA. Selanjutnya, setiap murid membuat daftar anggota keluarga dan menuliskan kegiatan mereka selama sehari penuh.
Tumbuhkan Empati
Berdasarkan data kegiatan itu, siswa mengidentifikasi dan mengelompokkan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga. Berikutnya, guru mengajukan pertanyaan: mengapa setiap anggota keluarga melakukan kegiatan yang termasuk kewajibannya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, murid didorong berdiskusi dengan orang tuanya tentang tanggung jawab setiap anggota keluarga.
Di akhir pembelajaran, murid membuat tulisan tentang apakah mereka sudah mendapatkan haknya dengan baik, sudah menunaikan kewajiban sebagai anak serta tanggung jawab apa saja yang diemban setiap anggota keluarga.
Hasilnya? Antara lain, adalah berbagai kalimat pernyataan di atas yang membuat Nextri takjub.
Dia berharap, dengan memahami kewajiban dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga, anak didiknya mampu menumbuhkan sikap saling menyayangi dan menghargai anggota keluarganya. Selain itu, sikap bertanggung jawab akan jadi kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
"Lewat pembelajaran ini, sebagai seorang guru saya juga tertantang untuk tetap berinovasi dalam merancang pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa saya," ungkapnya.
Ibu guru yang mengaku wajib membuat muridnya nyaman dalam mengikuti pembelajaran karena akan membuat proses belajar menjadi menyenangkan ini mengakui, kreativitas guru dalam merancang pembelajaran sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membuat pembelajaran selalu dirindukan oleh siswa.
"Pandemi boleh ada, namun inovasi dan kreativitas guru tak boleh mati," pungkasnya.
(GAS/CSP)