Ilustrasi. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Hingga saat ini calon kepala daerah (cakada) belum ada memaparkan program literasi sebagai salah satu program unggulan. Di Sumatera Utara ada 23 daerah kabupaten/kota melakukan Pilkada serentak. Di antara semua cakada yang ada belum terdengar satupun program memajukan literasi untuk mencerdaskan masyarakat dan menambal kondisi pendidikan di tengah Covid-19.
Fakta tersebut membuktikan bahwa cakada yang ada belum memiliki gagasan inovatif dalam mencerdaskan anak bangsa. Hal ini membuat pegiat literasi, Alkaushar Lingga merasa gerah.
“Setiap kali Pilkada sangat jarang calon kepala daerah khususnya di Sumut memiliki gagasan memajukan program literasi jika kelak mereka terpilih. Sejauh yang kita amati belum terdengar cakada memaparkan program memajukan literasi. Padahal amanat undang-undang dasar dalam penyelenggaraan negara salah satu disebutkan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahwa literasi dapat menstimulus mencerdaskan pikiran tetapi aspek ini kurang diperhatikan,” ujarnya dalam rilis yang diterima
Analisadaily.com, Jumat (20/11).
Anggota Dewan Perpustakaan Sumut ini menilai, kepala daerah yang sedang memimpin sekalipun dalam menjalankan roda pemerintahan tidak memanfaatkan literasi untuk mensukseskan visi misinya.
Padahal jika literasi dijadikan alat alternatif memberi pemahaman baru kepada masyarakat alhasil akan menyokong penguatan SDM di masa depan. Termasuk di dalam penanganan Covid-19 misalnya, masyarakat begitu acuh tak acuh akan anjuran protokol kesehatan disebabkan masyarakat minim pengetahuan sebab lemah dalam aktivitas literasi khususnya kegiatan membaca.
“Masyarakat harus digiatkan membaca dan pemerintah menyediakan bahan bacaan berkualitas hingga masyarakat cerdas. Contoh dalam konteks penanganan Covid, kenapa banyak masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan, karena masyarakat kurang peduli membaca informasi tentang virus ini serta tidak memiliki bahan bacaan kredibel dan terpercaya,” tegasnya.
Banyak masyarakat menerima informasi Covid 19 secara lisan dari orang ke orang atau sumber tidak jelas, membuat informasi tidak utuh. Sehingga pelanggaran protokol kesehatan terjadi dimana-mana. Masyarakat tidak menjalankan adaptasi kebiasaan baru secara disiplin “Itu karena masyarakat masih malas membaca dan pemerintah kurang peduli terhadap literasi.
"Jika gerakan literasi digalakkan dan masyarakat rajin membaca maka terciptanya masyarakat cerdas dan maju dalam berpikir. Pikiran yang maju akan membetuk mental serta berkarakter baik. Maka sangat disayangkan jika calon kepala daerah belum memiliki gagasan dalam bidang literasi," ujarnya.
Dia berharap bahwa calon kepala daerah yang akan dipilih oleh rakyat memperhatikan aspek literasi untuk dapat mencerdaskan rakyat di masa mendatang.
(BR)