Pendukung Presiden Donald Trump melakukan unjuk rasa di luar Gedung Kongres Georgia di Atlanta pada hari Sabtu, 21 November 2020. (AP Photo/Ben Gray)
Analisadaily.com, Georgia - Tim hukum Presiden Donald Trump, meminta penghitungan ulang suara dalam pemilihan presiden di Georgia setelah hasil menunjukkan Demokrat Joe Biden memenangkan negara bagian.
Menteri Luar Negeri Republik, Brad Raffensperger, mengesahkan hasil pemilihan negara bagian, yang membuat Biden mengalahkan Trump dengan 12.670 suara dari sekitar 5 juta suara, atau 0,25 persen.
Gubernur Republik, Brian Kemp, kemudian mengesahkan daftar 16 pemilih presiden untuk negara bagian itu.
Pernyataan dari tim hukum Trump mengatakan, hari ini, kampanye Trump mengajukan petisi untuk penghitungan ulang di Georgia.
“Kami berfokus untuk memastikan setiap aspek Hukum Negara Bagian Georgia dan Konstitusi AS dipatuhi sehingga setiap suara sah dihitung,” kata pernyataan dilansir dari
Channel News Asia, Minggu (22/11).
Presiden Trump dan kampanyenya terus menuntut penghitungan ulang yang jujur ??di Georgia, yang harus menyertakan pencocokan tanda tangan dan pengamanan penting lainnya.
"Tanpa pencocokan tanda tangan, penghitungan ulang ini akan menjadi palsu dan sekali lagi memungkinkan penghitungan suara illegal. Jika tidak ada pencocokan tanda tangan, ini akan sama palsu dengan penghitungan suara awal dan penghitungan ulang. Mari berhenti memberi hasil palsu Rakyat. Pasti ada saatnya kita berhenti menghitung surat suara ilegal. Mudah-mudahan segera datang,” bunyi pernyataan itu.
Hukum Georgia mengizinkan seorang kandidat untuk meminta penghitungan ulang jika marginnya kurang dari 0,5 persen. Penghitungan ulang akan dilakukan dengan menggunakan pemindai yang membaca dan mentabulasi suara.
Petugas pemilihan kabupaten telah melakukan penghitungan ulang lengkap dari semua suara yang diberikan dalam pemilihan presiden. Tapi itu berasal dari persyaratan audit wajib dan tidak dianggap penghitungan ulang resmi di bawah hukum.
Undang-undang negara bagian mewajibkan satu balapan diaudit dengan tangan untuk memastikan bahwa mesin menghitung surat suara secara akurat, dan Raffensperger memilih pemilihan presiden.
Karena margin yang ketat dalam lomba itu, penghitungan suara secara penuh diperlukan untuk menyelesaikan audit.
Trump telah mengkritik audit tersebut, menyebutnya sebagai "lelucon" dalam tweet yang mengklaim tanpa bukti bahwa "ribuan suara curang telah ditemukan". Twitter telah menandai postingan tersebut sebagai berisi informasi yang disengketakan.
Suara yang sebelumnya tidak dihitung ditemukan di beberapa negara selama audit, yang membutuhkan sertifikasi ulang hasil pemilu di negara-negara tersebut sebelum sertifikasi negara dari hasil tersebut.
(CSP)