Menparekraf, Wishnutama Kusubandio, berbincang dengan seorang pelaku usaha kreatif (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Bali - Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan 1.000 pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) di Bali tersertifikasi protokol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability (CHSE) pada tahun ini.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio mengatakan, prioritas kesehatan menjadi hal paling utama saat ini.
Oleh sebab itu pelaksanaan sertifikasi CHSE sangat penting untuk sektor pariwisata, khususnya bagi pelaku usaha hotel dan restoran dalam memulihkan kepercayaan wisatawan.
"Sampai saat ini sebanyak 666 pelaku usaha di Bali sudah selesai disertifikasi secara gratis. Terdiri dari 313 hotel dan 352 restoran, dari 1.000 target pendaftar," kata Wishnutama, Sabtu (28/11).
Menurutnya sertifikasi CHSE bertujuan untuk memberi jaminan bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kesehatan.
"Hal ini penting dilakukan untuk memulihkan kepercayaan wisatawan dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata yang sudah melakukan sertifikasi protokol kesehatan," jelas Wishnutama.
Untuk memperoleh sertifikat tersebut, para pemilik atau pengelola usaha pariwisata dan destinasi pariwisata dapat mendaftar melalui website resmi chse.kemenparekraf.go.id.
Salah satu upaya mendorong industri parekraf untuk melakukan dan memanfaatkan sertifikasi secara gratis, Kemenparekraf bersama dengan Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) menggelar sosialisasi panduan pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan dalam penyelenggaraan kegiatan.
Sosialisasi ini salah satunya dilaksanakan di Graha Wisnu Kencana Cultural Park (GWK), di Badung, Bali, Jumat (27/11) kemarin.
Sosialisasi tersebut mengangkat tema 'CHSE Experience' yang merupakan sosialisasi panduan protokol kesehatan yang diperuntukkan bagi para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan (events) seperti para promotor, pekerja, pengunjung, pengisi acara, vendor, tenant, pengelola venue, asosiasi, dan pemerintah daerah.
Konsep dari kegiatan ini adalah walkthrough secara menyeluruh dimana proses sosialisasi dimulai sejak pengunjung melaksanakan registrasi, dilanjutkan pada setiap titik perjalanan yang dilewati oleh pengunjung yaitu ketika memasuki area acara hingga para pengunjung selesai menyaksikan acara.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf, Rizki Handayani, dalam paparannya menjelaskan, CHSE Experience merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah kepada para pelaku industri even di Indonesia terkait dengan panduan pelaksanaan kegiatan event yang sesuai dengan adaptasi kebiasaan baru.
Untuk itu, pihaknya mendorong para pelaku usaha yang telah menerapkan protokol kesehatan, juga melakukan sertifikasi CHSE, karena hal ini yang dapat memberikan rasa aman dan percaya tiap wisatawan yang berkunjung ke Bali.
Sementara Produser Seni Pertunjukan dan Aktris, Happy Salma, mengatakan dalam menerapkan protokol kesehatan, ia mengaku belajar banyak dari masyarakat Bali, karena menurutnya masyarakat Bali memiliki kesadaran yang luar biasa secara psikologis. Masyarakat dan pemerintah benar-benar bersatu untuk membuat wisatawan merasa aman dan tenang.
"Spirit ini yang saya gunakan ketika membuat kegiatan seni pertunjukkan, saya harus mampu membangun psikologis yang aman dulu dan secara spiritual orang Bali itu yakin dan tidak putus asa dalam menghadapi pandemi. Serta, masyarakat Bali memiliki nurani yang menyadari mereka bahwa Covid-19 itu nyata. Sehingga masyarakat Bali sadar untuk menjaga kesehatannya," kata Happy Salma.
Ketua Umum APMI, Anas Syahrul Alimi, mengucapkan terima kasih atas dorongan, bantuan, serta konsistensi yang dilakukan oleh Kemenparekraf, dalam membantu menghidupkan kembali industri ekonomi kreatif yang sempat menurun akibat pandemi Covid-19.
"Saya berharap kolaborasi ini dapat terus berjalan, karena dalam situasi pandemi yang diperlukan adalah kolaborasi bukan kompetisi," ujar Anas.
(TRY/EAL)