Wadirreskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu, bertemu 7 anak almarhum Rianto Simbolon (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Untuk mencari rasa keadilan, 7 anak almarhum Rianto Simbolon meninggalkan Samosir. Mereka tiba di Kota Medan pada Minggu (29/11) didampingi tim kuasa hukum, Dwi Ngai Sinaga, Bennri Pakpahan, serta Romulo Makarios Sinaga.
Pada Senin (30/11) kemarin, mereka ke Polda Sumut dan bertemu Wadirreskrimum, AKBP Faisal Napitupulu. Mantan Kapolres Asahan tersebut tak mampu menahan rasa haru melihat kehadiran anak-anak tersebut.
Bahkan, Faisal langsung memanggil Menanti Simbolon (18), anak sulung korban. Namun, Menanti tidak bisa menahan rasa tangisnya hingga membuat Faisal Napitupulu ikut terharu.
"Jangan terus sedih, Menanti itu Boru panggoaran. Harus tetap semangat lihat adik-adikmu ini," ucap Faisal sambil memeluk Menanti, serta memberi nasihat-nasihat dan menyemangati anak-anak yang kini telah yatim piatu tersebut.
Disebutkan Faisal, sejak viralnya kasus, dan melihat Menanti menjerit histeris, dirinya langsung tergerak ingin bertemu. "Sejak viral itu, aku mau jumpa sama anak-anak. Ternyata bisa jumpa juga," kata Faisal.
Saat memeluk Menanti, Fasila bertanya keinginan apa yang diharapkan. "Saya mau keadilan, pak," ucap Menanti.
Mendengar hal tersebut, Faisal menyatakan akan siap membantu. "Amang akan bantu, ya boruku. Tetap semangat, karena Menanti sekarang menjadi ayah dan ibu. Jangan sedih, ada apa-apa bilang sama Amang," kata Faisal.
Dalam keterangan resmi diperoleh
Analisadaily.com, Selasa (1/12), Dwi Sinaga menyebut, kedatangan ke Polda Sumut untuk melaporkan kejanggalan yang terjadi dalam rekonstruksi pembunuhan Rianto Simbolon yang digelar di Mapolres Samosir.
Tersangka pembunuh Rianto Simbolon yakni Bilhot Simbolon (27), Tahan Simbolon (42), Parlin Sinurat (42), Justianus Simbolon (60) dan Pahala Simbolon (24). Sedangkan 1 orang lagi sedang diburu dan berstatus DPO.
Pada rekonstruksi itu, kata Direktur LBH IPK Sumut tersebut, polisi tidak ada memunculkan alat bukti batu bata dan 4 pisau, serta siapa pemeran yang menggunakan barang bukti tersebut. Alat bukti serta peran beberapa tersangka, kini kabur.
"Alat bukti batu bata itu tidak ada perannya, empat pisau itu juga tidak ada perannya. Masa penyidik mengatakan itu versi Pahala," ujar Dwi, yang juga tim LBH PPTSB se-Dunia ini.
Dwi Ngai Sinaga juga mengatakan, pihaknya sudah diundang pihak Polres Samosir untuk dilakukannya rekonstruksi ulang.
"Kita baru saja dihubungi penyidik, akan dilakukan rekonstruksi ulang kasus ini. Kita lihat sendiri bagaimana anak-anak ini menjadi histeris," tandasnya.
(RZD)