Benteng Sungai Belutu Jebol Petani Terpaksa Beli Air

Benteng Sungai Belutu Jebol Petani Terpaksa Beli Air
Kondisi benteng Sungai Belutu untuk bendungan (DAM) di Lingkungan III Kampung Lalang Kelurahan Pekan Dolokmasihul Serdang Bedagai. (Analisadaily/Efendi Lubis)

Analisadaily.com, Dolokmasihul - Jebolnya Benteng Sungai Belutu untuk bendungan (DAM) di Lingkungan III Kampung Lalang Kelurahan Pekan Dolokmasihul Serdang Bedagai sudah lebih satu bulan, dibiarkan terus berlanjut, para petani tanaman padi terpaksa harus membeli air, untuk mengairi sawahnya.

Sedikitnya seribuan petani tanaman padi di Dolokmasihul Serdang Bedagai mengeluh kekurangan air, disebabkan benteng aliran Sei.Belutu jebol dibiarkan terus berlanjut.

Masih belum disikapi pemerintah melalui dinas instansi terkait, meski Mentri PUPR-RI sudah meninjau beberapa tanggul sungai yang jebol akibat banjir baru baru ini di Sumut, dan berjanji akan segera diperbaiki, sampai saat ini para petani masih menunggu sikap pemeritah melalui dinas terkait.

Jebolnya Benteng Sei.Belutu untuk Bendungan (DAM) di Lingkungan III, Kampung Lalang Kelurahan Dolokmasihul, Serdang Bedagai, dampak dari banjir menerjang kawasan Dolokmasihul baru baru ini.

Keluh petani tanaman padi diantaranya Syahri, Rajab Lubis, Lismanto Dalimunthe, Rusli Lubis, dan lain nya kepada Analisa Kamis (10/12) di lingkungan Kantor Camat Jalan Pahlawan Dolokmasihul Sergai.

Sampai saat ini pemerintahan Kecamatan Dolokmasihul dinilai masih kurang serius menyikapi masalahnya.

"Padahal jebolnya benteng bendungan dimaksud, tidak dapat dikerjakan secara manual, harus menggunakan alat berat," kata Ketua Kelompok Tani Semangat, Suyono.

Kata dia, gotong royong para petani untuk memperbaikinya, dapat dipastikan hasilnya akan menjadi sia-sia, mubazir waktu dan tenaga, tidak bermanfaat yang seharusnya tidak perlu dilakukan, apalagi dikerjakan oleh yang bukan ahli dibidangnya.

Sei Belutu mengairi sawah seluas 1.180 hektar di lima desa masing-masing desa Pardomuan, desa Tegalsari, desa Damai, desa Huta Nauli dan Kelurahan Dolokmasihul. Akibat tanggul jebol diterjang banjir, maka para petani terkendala menanam, dan terpaksa harus membeli air.

"Sedangkan benih padi sudah tersemai, harus sudah ditanam. Bibit atau benih padi yang seharus nya usia 17 hari sudah ditanam, akhirnya sudah umur satu bulan lebih baru ditanam, ya udah entah jadi apalah itu nanti," kata seorang petani Syahri.

"Para petani mengeluhkan kendala air yang terpaksa harus membeli air, seharga Rp.25.000/ rante ditambah lagi biaya sewa Genset mesin pompa air," tuturnya.

Kondisi sawah seperti ini jika dibiarkan terus berlanjut, cenderung mengancam gagal panen, dan berdampak mengancam kehidupan keluarga petani di Dolokmasihul Sergai, juga mengancam hajat hidup orang banyak, keluh para petani di Kecamatan Dolokmasihul Sergai.

Ironisnya mayoritas petani merupakan penyewa lahan terpaksa harus bayar sewa, kalau hasil nya baik rata rata bisa panen 300. Kg padi/ rante.untuk bayar sewa sebesar 60.Kg/rante, ditambah lagi harga pupuk dan obat obatan yang cukup mahal membuat petani kewalahan.

Para petani mengaku akan beralihfungsi, memang sudah sejak dahulu kaum tani selalu terpinggirkan, sehingga nasib para petani bagai kerakap tumbuh dibatu, hidup segan mati tak mau, Berdalih sistem birokrasi yang sangat lamban dari pemeritahan kecamatan Dolokmasihul kondisi tanggul jebol dibiarkan berlanjut entah sampai kapan.

Meski kami terpaksa harus membeli air guna mengairi lahan sawah berbekal intensitas curah hujan yang terjadi saat ini terpaksa kami padakan untuk turun tanam sambil berdo'a, keluh para petani di Dolokmashul Serdang Bedagai.

Camat Dolokmasihul, Gunawan Hasibuan saat akan dikonfirmasi Analisa terkait masalahnya tidak berada ditempat. Dihubungi melalui selulernya meski tersambung tidak diangkat.

Menurut stafnya yang ada di Kantor Camat mengatakan pak camat mungkin ke Perbaungan bertakjiah ke sana karena temannya yang juga camat Perbaungan dikabarkan meninggal dunia, kata staf kantor Camat Dolokmasihul.

(FEL/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi