Di Tengah Pandemi Covid-19, Peringatan Tsunami Digelar Sederhana

Di Tengah Pandemi Covid-19, Peringatan Tsunami Digelar Sederhana
Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menggendong seorang anak saat peringatan tsunami di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Sabtu (26/12) (Analisadaily/Muhammad Saman)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Peringatan 16 tahun tsunami Aceh di tengah pandemi Covid-19, berlangsung khidmat dan sederhana, Sabtu (26/12).

Kegiatan yang dilangsungkan di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh, dihadiri oleh Forkopimda Aceh.

Sebelum puncak acara dimulai, peringatan diawali dengan zikir bersama yang dipimpin Ustaz Zamhuri Ramli. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, bersama Ketua PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, juga memberikan santunan kepada anak yatim.

Guru Besar Ilmu Fiqh UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Fauzi Saleh Lc, MA, dalam tausiyahnya menyampaikan, peristiwa tsunami adalah tanda-tanda. Banyak makna luar biasa yang bisa dipetik, diantaranya kesabaran.

“Hari lalu saat tsunami dan hari ini saat pandemi, kita harus sabar. Sabar adalah menanggung sesuatu tanpa harus mengeluh dan berkeluh kesah,” kata Prof. Fauzi Saleh.

Tsunami, lanjut Fauzi Saleh, adalah ujian, sebagaimana hidup sebagai lembaran ujian yang harus terus dijalani. Musibah tersebut adalah cara Allah menguji manusia dengan tujuan meningkatkan derajat manusia.

“Dengan memberikan ujian, Allah mengangkat harkat dan martabat kita,” jelas Fauzi.

“Seandainya bersabar, maka kita akan mendapatkan kenikmatan sebagaimana samudera yang tidak bertepi.”

Buah dari kesabaran masyarakat Aceh, katanya, telah menampakkan hasil. Dalam 16 tahun peringatan tsunami melanda Aceh, berbagai kemajuan telah terlihat.

Fauzi berharap musibah seperti tsunami maupun pandemi Covid-19 bisa memperkuat kebersamaan masyarakat Aceh dan semakin memperkuat kedamaian di antara sesama masyarakat.

Lebih jauh Fauzi Saleh juga mengingatkan di tengah pandemi saat ini, memilih takdir menjadi suatu keharusan. Takdir kata dia, seumpama orang menggembala. Ia mengumpamakan sebuah lahan yang satu sisinya hijau dan gersang di sisi lainnya.

“Menggembala di lahan hijau dan gersang adah takdir yang dipilih. Maka kemudian di sinilah ada yang namanya ikhtiar. Tidak ada yang sia-sia ketika seorang manusia berusaha,” ujar guru besar Ilmu Fiqh tersebut.

“Sehat adalah mahkota yang baru terasa ketika kesehatan tidak ada lagi. Dengan usaha kita Allah menjauhkan dari penyakit,” pungkas Fauzi Saleh.

Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004 silam telah meninggalkan banyak duka. Namun di balik itu, ada pesan yang wajib diemban, yaitu kesadaran dan kekuatan dalam menghadapi bencana.

“Peringatan ini hendaknya menjadi media untuk membangun kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi berbagai bencana baik alam maupun bencana non alam yang kerap terjadi di negeri kita,” kata Nova pada puncak peringatan yang dilangsungkan di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya Banda Aceh, Sabtu (26/12) pagi.

“Seperti bencana saat ini yang masih mengancam yaitu banjir, tanah longsor, dan termasuk yang sangat meresahkan yaitu pandemi Covid-19,” lanjut Nova lagi.

Tsunami sebagai suatu kejadian besar dan sebuah ujian tentu masih berbekas di hati dan ingatan masyarakat Aceh.

Namun demikian, Nova meminta agar seluruh masyarakat untuk mengambil hikmah dari ujian tersebut, serta bertekad untuk terus bangkit dan menatap hari esok yang lebih baik.

“Kita harus terus berkarya dalam berbagai aspek kehidupan, terutama pembangunan dan pemberdayaan ekonomi keummatan,” sebut Nova.

Dengan optimisme selama 16 tahun tsunami Aceh, dapat dibuktikan bahwa masyarakat Aceh yang agamis tidak pernah berputus asa. Masyarakat mampu bangkit dari keterpurukan.

Berbagai kemajuan seperti sektor pembangunan, perekonomian, pendidikan, pariwisata dan beberapa sektor unggulan lainnya telah nampak nyata ke permukaan.

Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh mengangkat tema

“Refleksi Tsunami dan Kekuatan Masyarakat Aceh Dalam Menghadapi pendemi Covid-19”. Tema ini memberikan arti bahwa semangat dan daya dorong sebagai masyarakat Aceh yang terkenal religius, dapat membentuk keyakinan dan kesadaran kita atas kebesaran dan kekuasaan Allah.

Selain itu Tsunami yang terjadi di Aceh mengingatkan kita bahwa negeri ini termasuk salah satu kawasan yang rawan bencana, meskipun hakikat dari musibah Tsunami adalah ujian dari Allah.

(MHD/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi