Pengamat: Selama Nataru Harga Pangan Bergerak Liar

Pengamat: Selama Nataru Harga Pangan Bergerak Liar
Ilustrasi (Pixabay)

Analisadaily.com, Medan - Kinerja harga sejumlah kebutuhan pokok selama Natal dan Tahun Baru (Nataru) bergerak dengan fluktuasi yang sangat tajam. Harga sejumlah kebutuhan pokok, khususnya bahan pangan holtikultura dan sumber protein mengalami gejolak yang cukup besar.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, dari hasil pengamatan di lapangan, harga cabai merah yang biasanya dijual dikisaran Rp 40 ribuan per Kg, menjelang natal (mulai 21 Desember 2020) harganya meroket menjadi Rp 60 ribu per Kg.

Harganya saat Natal mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 75 ribu per Kg. Turun lagi di kisaran Rp 42 ribu di H-2 sebelum Tahun Baru dan naik lagi menjadi Rp 68 ribuan sehari sebelum Tahun Baru. Kemudian bertahan di kisaran Rp 55 ribu hingga Rp 68 ribu di 1 Januari 2021.

Untuk cabai rawit, harga di kisaran angka Rp 42 ribuan per Kg. Dan naik lagi di kisaran Rp 50 ribu saat jelang Natal. Sempat naik ke Rp 80 ribu menjelang Tahun Baru, dan sejauh ini berada di kisaran Rp 64 ribuan per Kg.

Untuk bawang merah naik dari kisaran Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribuan. Namun saat perayaan Natal dan tahun Baru, harga bawang merah naik di kisaran Rp 35 ribuan per Kg.

Daging ayam saat jelang Natal sempat menyentuh Rp 39 ribu per kg. Namun secara konsisten mengalami penurunan. Di saat perayaan Natal turun menjadi Rp 35 ribuan, dan turun terus di kisaran Rp 33 ribuan jelang Tahun Baru. Dan pada 1 Januari 2021 turun di level Rp 30 per Kg.

Komoditas lainnya terpantau stabil, meskipun beberapa komoditas pangan tahan lama seperti minyak goreng dan gula sempat naik sebelum Natal walupun kenaikannya terhenti. Kecuali sayur mayur yang memang mengalami kenaikan tajam pada saat perayaan hari besar.

"Dari pengamatan yang saya lakukan, fluktuasi pada komoditas yang secara signifikan berpengaruh besar terhadap laju tekanan inflasi di Sumut lebih banyak dipengaruhi oleh buruknya cuaca, perayaan hari besar yang membuat aktifitas perdagangan terganggu, konsumsi yang naik hingga antisipasi produksi yang tidak akurat dalam memproyeksikan daya beli," kata Gunawan, Sabtu (2/1).

Diseebutkannya, dari pantauan perkembangan harga pangan yang terjadi selama Desember 2020, dan beberapa harga yang lainnya, Sumut akan merealisasikan laju tekanan inflasi.

Inflasi di Sumut akan bergerak dalam rentang 0.35% hingga 0.45%. Sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan dibandingkan bulan November 2020 yakni cabai rawit naik sekitar 75%, cabai merah naik 27%, telur ayam rata-rata naik 10%, minyak goreng naik 5%, daging ayam dan gula pasir naik 2%.

Beberapa komoditas sayur-sayuran yang naik diantaranya adalah kol, dan beberapa jenis sayuran lainnya. Ikan segar juga mengalami kenaikan selama Desember 2020. Besaran laju tekanan inflasi terbilang tinggi. Khususnya jika dikaitkan dengan masalah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya mengalami pemulihan.

Laju tekanan inflasi selama Desember 2002 dipicu oleh cuaca buruk, menggiring kepada titik keseimbangan pasar yang cenderung mengarah kepada penurunan stok barang. Inflasi yang terjadi selama Desember 2020 bukan karena didorong sepenuhnya oleh konsumsi yang meningkat.

"Ketersediaan stok barang yang diklaim tercukupi selama Desember, ternyata tidak berkorelasi positif terhadap pembentukan harga," sebut Gunawan.

Diterangkannya, karena data ketersediaan barang tersebut tidak dibarengi dengan kajian yang menyeluruh terkait kesiapan jalur distribusi dalam menghadapi gangguan cuaca ataupun perayaan hari besar, pemerintah daerah seharusnya sudah mengkaji lebih dalam.

"Dan bisa merumuskan kebijakan yang konkrit, guna mengatasi masalah inflasi di saat terjadi perayaan hari besar, baik keagamaan maupun libur nasional," tandasnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi