Sepi Pengunjung Setelah Tiga Puluh Tahun

Sepi Pengunjung Setelah Tiga Puluh Tahun
Tiga orang pelanggan tampak sedang melahap makanan yang dihidangkan Heddy Martha Sidabutar di Juwita Cafe, Tuktuk, Samosir. (Analisadaily/Christison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Samosir – Heddy Martha Sidabutar, duduk santai di kursi sofa terbuat dari bambu, sambil menunggu tamu di tempat usahanya di Tuktuk, Samosir. Sudah setahun terakhir, ia melewati hari-hari tanpa kesibukan meladeni pelanggan, terutama di masa pandemi Covid-19, yang telah melanda Sumatera Utara sejak Maret 2020.

Heddy mengatakan, awal-awal cafe dan homestay-nya dibuka, pengunjung memang belum ramai, namun setelah ia menyediakan makanan khas Eropa barulah mulai banyak yang datang, terutama dari Eropa, termasuk Jerman dan juga Asia, seperti Singapura dan Malaysia.

“Tetapi, masakan khas Eropa tidak lama bertahan dan digantikan masakan khas daerah Toba, namun memang tetap masih ada masakan khusus untuk turis asing,” kata perempuan berusia 63 tahun itu saat ditemui di lokasi usahanya di Juwita Cafe di Tuktuk, Sabtu (2/1) malam awal tahun 2021.

Dia lanjut menceritakan, sejak awal buka pada Juli 1989, sampai tahun akhir tahun 2019, kehadiran para tamu selalu datang bergantian, dan yang paling banyak itu wisatawan mancanegara, terutama Eropa dari pada turis lokal.

“Tentu, yang dilihat turis asing adalah makana kita. Usaha kita ini juga sudah terdaftar di media promosi internasional, seperti Trip Advisior, lalu masuk juga ke salah satu buku panduan perjalanan terbesar di dunia, Lonely Planet. Jadi, melalui wadah itu mereka tahu tempat ini, termasuk jenis-jenis makanan kita,” tutur Heddy.

Setelah tiga puluh dua tahun, keadaan berubah drastis. Setiap hari, terutama pada malam hari ia selalu disibukkan dengan pesanan dari tamu. Namun sekarang, sejak virus Corona melanda dan lockdown di mana-mana, menunggu satu orang saja untuk datang ke sangat sulit, bahkan dalam satu hari tidak ada yang berkunjung.

“Sejak pandemi Covid-19 tahun lalu, kunjungan turis ke Danau Toba sama sekali tidak ada, baik itu dari Eropa maupun Malaysia atau Singapura,” ucap Heddy sembari melayani lima orang tamu yang datang pada malam itu.

Masih kata dia, para wisatawan ramai berkunjung dan memadati penginapan-penginapan di Tutuk pada akhir tahun, termasuk mulai libur Natal hingga Tahun Baru. Tetapi kali ini, sama sekali berbeda, suasana destinasi wisata ini pun sangat sepi.

“Saat ini, mungkin karena hari libur Natal dan Tahun Baru saja ada pengunjung, tapi setelah masa libur nanti selesai sudah gak ada lagi yang datang. Tempat ini sebelum-sebelumnya tidak pernah kosong, pasti ada setiap hari, namun pandemi ini sangat berpengaruh,” sambungnya.

Karena keadaan itu, ia pun harus memutar otak supaya pengeluarannya tidak banyak, setelah kehadiran pengunjung sangat minim.

“Ada beberapa yang harus saya dikurangi, misalnya pemakaian listrik, sampai WiFi pun kita padamkan untuk sementara waktu karena pendapatan kita tidak ada. Namun begitu, saya berharap agar pandemi ini segera berakahir. Dengan begitu, kondisi wisata di sini normal lagi, dan pendapatan masyarakat pun kembali berputar,” tambah Heddy.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi