Petani Food Estate Optimis Panen Raya Awal Maret 2021 Memuaskan

Petani Food Estate Optimis Panen Raya Awal Maret 2021 Memuaskan
Kawasa Food Estate di Humbang Hasundutan, Sumut (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Humbang Hasundutan - Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono dan Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto tinjau kawasan Food Estate di Desa Ria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Sumatera Utara (Sumut).

Sekjen Kementan dan Dirjen Hortikultura menyambangi lahan bawang merah, bawang putih,dan kentang, yang akan panen pada awal Maret 2021 mendatang. Mereka ingin memastikan, hasil tanaman di lahan Food Estate sesuai dengan tujuan awal, yakni menyejahterakan masyarakat dan petani di Humbahas.

Selain itu, untuk menyerap aspirasi dan mengawal pembangunan Food Estate Humbahas berjalan dengan baik, serta memotivasi para petani dalam upaya memberikan hasil budi daya yang berlimpah dan berkualitas.

Dalam kesempatan itu, para petani penanam bawang dan kentang di lahan Food Estate menyatakan optimis hasil panen memuaskan. Apalagi mereka didampingi petugas penyuluh yang memberikan saran agar tanaman tumbuh dengan baik.

Hal itu sekaligus membantah komentar miring yang sempat muncul terkait tanaman di lahan Food Estate. Dimana disebutkan, umbi bawang kecil, tanaman tidak subur hasil tanaman tidak sesuai harapan dan sebagainya.

Petani dari Kelompok Tani Ganda Mersada, Jhon Les Lumban Gaul menyebut, apabila ada hasil tanam yang belum maksimal bukanlah sebuah kegagalan. Dirinya menilai adanya perbedaan pertumbuhan adalah hal yang wajar.

“Jika belum bagus berarti perawatannya perlu ditingkatkan lagi. Pada dasarnya bibit yang kami terima memang bagus. Jadi ya bagaimana perawatannya. Wajar juga karena kami di sini baru pertama kali tanam, arealnya sangat luas. Masih perlu belajar,” ucap Jhon, Sabtu (20/2).

Mengomentari soal kabar miring yang beredar, Jhon mengatakan hasil yang diterima bukan daun melainkan umbi yang hendak dipanen.

“Bukan daunnya. Jadi jangan fokus dengan daun bawang yang harus besar atau kecil ukurannya. Berukuran kecil pun tetap ada umbinya. Kami ini fokus dengan pertumbuhan umbinya. Panen sebesar apapun, hasilnya jelas ada,” jelas Jhon.

“Sah-sah saja orang bilang ini gagal total. Namun saya yang menanam di sini tidak mau dibilang gagal. Beberapa lahan memang ada yang tidak tumbuh maksimal. Lahan saya belum panen, makanya kalau dibilang gagal itu salah,” sambungnya.

Ketua Poktan Ganda Marsada, Selamat Gultom mengungkapkan, bawang merah dengan umbi yang kecil sangat tepat dibudidayakan di daerah itu. Karena warga Humbahas dan daerah-daerah sekitarnya jauh lebih berminat dengan bawang merah dengan umbi yang kecil ketimbang yang besar.

“Pada masyarakat kita di sini bawang merah dengan umbi yang kecil, lebih laku dijual karena pandangan masyarakat bahwa itu bawang lokal,” ujarnya.

Dari sisi harga, bawang merah dengan umbi yang kecil juga lebih mahal dibandingkan dengan yang berumbi besar.

“Harga bawang merah besar siap konsumsi memiliki nilai jual Rp 16 ribu per kg dan berukuran kecil Rp20 ribu. Kami optimis dan semangat hasil panen nanti memuaskan,” paparnya.

Setelah melakukan peninjauan, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan, dari hasil kunjungan lapangnya ke kawasan itu dipastikan pengembangan kawasan Food Estate Humbahas tidak mengalami hambatan yang berarti.

Apabila ada yang belum sempurna, bukan karena adanya kesalahan dari bibit. Tetapi disebabkan faktor lahan yang digunakan selama ini merupakan semak belukar.

“Karena lahan baru maka hanya perlu sedikit waktu dan upaya untuk semakin menyuburkannya,” sebut Prihasto.

Tetapi setelah dijadikan lahan pertanian dalam waktu empat bulan saja, ia menilai hasilnya sudah luar biasa. Ia menyatakan, pihak Ditjen Hortikultura juga melakukan kaji secara komprehensif bersama dengan kalangan pakar pertanian dan tanah, khususnya dari Universitas Sumatera Utara (USU).

Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian USU Prof. Abdul Rauf menambahkan, mengubah semak belukar menjadi areal pertanian adalah buah keyakinan dan ketelatenan. Karena dibutuhkan banyak pekerjaan untuk menjadikannya lahan produktif.

“Mulai dari perawatan tanah. Tanah di sini rata-rata bersifat masam maka perlu dinetralkan terlebih dahulu. Perlu dinetralkan terlebih dahulu. Misalnya dengan dolomit dan kemudian ditambah dengan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan sayuran seperti bawang merah, bawang putih dan kentang,” jelasnya.

Terlebih lagi, kawasan Food Estate merupakan semak belukar yang terdiri dari tanaman pakis yang memiliki zat alelopati dengan sifat dasar membunuh tanaman lain di luar ekosistemnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi