Guru sekolah anti-kudeta dengan seragam dan topi tradisional mereka berpartisipasi dalam demonstrasi di Mandalay, Myanmar pada 3 Maret 2021. (AP)
Analisadaily.com, Yangon - Serikat pekerja Myanmar meminta anggotanya untuk menutup ekonomi mulai Senin (8/3) untuk mendukung kampanye melawan kudeta bulan lalu.
Seruan itu dilakukan untuk meningkatkan tekanan pada pemerintah militer ketika pasukannya menembakkan senjata dan menduduki rumah sakit di kota utama Yangon setelah protes besar-besaran.
Para saksi melaporkan suara tembakan atau granat kejut di banyak distrik ibu kota komersial setelah malam tiba, ketika tentara mendirikan kemah di rumah sakit dan kompleks universitas, media lokal melaporkan. Tidak jelas apakah ada yang terluka.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah organisasi nirlaba, mengatakan tentara dengan sengaja meneror penduduk di Yangon.
Unjuk kekuatan itu terjadi setelah beberapa protes nasional terbesar sejak kudeta 1 Februari, dan aliansi sembilan serikat pekerja mengatakan mereka merencanakan penutupan penuh diperpanjang ekonomi.
"Untuk melanjutkan kegiatan ekonomi dan bisnis seperti biasa hanya akan menguntungkan militer karena mereka menekan energi rakyat Myanmar. Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan untuk mempertahankan demokrasi kita," kata mereka dalam pernyataan bersama dilansir dari Channel News Asia, Senin (8/3).
Seorang juru bicara militer tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar dan Reuters tidak dapat menghubungi polisi untuk memberikan komentar. Tentara mengatakan, mereka menangani protes secara sah.
Seorang pejabat dari partai pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi meninggal dunia semalam dalam tahanan polisi. Pejabat Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Khin Maung Latt, pernah bekerja sebagai manajer kampanye untuk salah satu dari dua anggota parlemen Muslim yang terpilih pada tahun 2020.
Ba Myo Thein, anggota majelis tinggi parlemen yang dibubarkan setelah kudeta, mengatakan laporan luka di kepala dan tubuh Khin Maung Latt menimbulkan kecurigaan bahwa dia telah dianiaya.
"Sepertinya dia ditangkap pada malam hari dan disiksa dengan kejam. Ini sama sekali tidak bisa diterima," kata Ba Myo kepada Reuters
Polisi di Pabedan, distrik Yangon tempat Khin Maung Latt ditangkap, menolak berkomentar.(CSP)