SMP Negeri 1 Pulau Rakyat Asahan Tanamkan Sikap Peduli Lingkungan

SMP Negeri 1 Pulau Rakyat Asahan Tanamkan Sikap Peduli Lingkungan
Aksi peduli lingkungan siswa di rumah (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Asahan - Pendidikan lingkungan hidup sangat penting diajarkan sejak dini pada anak-anak. Sekolah sebagai institusi pendidikan berperan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan yang berkualitas sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat.

Pada perjalanannya, peserta didik diharapkan dapat berkontribusi membangun bangsa. Salah satu bentuk kontribusi yang diharapkan adalah kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam mengantisipasi dan memecahkan masalah lingkungan yang semakin berat.

Seorang guru SMP Negeri 1 Pulau Rakyat, Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan, Priti Siswi Arini mengatakan, sekolah tempatnya mengabdi telah menerapkan kebijakan yang mendukung terciptanya sekolah peduli dan berbudaya lingkungan di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda.

Kebijakan tersebut berupa penerapan kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

“Sebagai guru, saya berperan membangun kesadaran dan kepedulian peserta didik agar berprilaku ramah lingkungan,” kata Priti, Kamis (25/3).

Dijelaskannya, pada semester genap ini dirinya mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam mata pelajaran. Salah satunya pada materi menulis pantun di Kelas VII. Untuk mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup pada materi tersebut, Priti menambahkan tema upaya menjaga dan melestarikan lingkungan pada tujuan pembelajaran.

“Melalui pembelajaran ini, diharapkan peserta didik dapat menyusun pantun sesuai syarat pantun, sekaligus memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan,” kata Priti, guru imbas program Pintar Tanoto Foundation.

Disampaikannya, metode pembelajaran yang diakukan adalah daring (dalam jaringan). Peserta didik belajar dari rumah dengan didampingi orang tua menggunakan aplikasi WhatsApp. Pada awal pembelajaran, Priti mengajak peserta didik berdoa dan mengingatkan mereka agar tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Kemudian secara sekilas saya mengingatkan kembali pembelajaran sebelumnya, tentang syarat-syarat, struktur dan kebahasaan pantun melalui tanya jawab dalam grup WhatsApp,” ujarnya.

Diungkapkan Priti, penerapan pendidikan lingkungan hidup di masa pandemi tentu tak semudah di masa normal. Dibutuhkan metode dan kreatifitas guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam kegiatan pembelajaran, Priti menggunakan konsep MIKIR (Mengalami Interaksi Komunikasi dan Refleksi).

Konsep tersebut merupakan salah satu unit dari materi modul 1 yang diberi oleh pihak lembaga filantropi Tanoto Foundation bekerja sama Dinas Pendidikan Kabupaten Batubara melalui sekolah mitra.

Di awal kegiatan inti, Priti menampilkan gambar-gambar bentuk kerusakan lingkungan yang diunduh dari internet. Peserta didik mengamati dan bertanya lalu jawab tentang isi gambar tersebut. Sebagai guru, Priti berupaya mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman para murid tentang urgensi lingkungan bagi kehidupan.

“Pada momen inilah, saya menanamkan sikap peduli lingkungan pada peserta didik. Memaparkan kembali dampak yang terjadi bila tidak menghargai lingkungan,” ucapnya.

Berpasangan

Pantun yang dikirim siswa (Analisadaily.com/Istimewa)
Agar pembelajaran lebih menarik, Priti meminta peserta didik memilih pasangan untuk kegiatan menyajikan pantun. Ia memberikan waktu selama 15 menit kepada peserta didik untuk memilih pasangan.

Para peserta didik menghubungi satu sama lain melalui WhatsApp. Setelah itu, mereka melaporkan nama kelompok berpasangannya. Hal ini juga bertujuan melatih kemampuan berinteraksi antar peserta didik.

Selanjutnya, Priti memandu peserta didik untuk berdiskusi membuat sebuah pantun berbalas dengan memilih salah satu tema yang telah ditentukan. Tema pantun tersebut adalah pentingnya menjaga kebersihan saluran air dan pentingnya menanam pohon untuk keselamatan bumi.

Tidak lupa, Priti memberikan satu contoh pantun berbalas yang bisa menjadi referensi peserta didik dalam membuat pantun. Melalui tanya jawab, Priti mengingatkan peserta didik untuk menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.

Di akhir kegiatan inti, Priti memandu peserta didik mengomunikasikan hasil diskusi mereka. Secara bergantian, peserta didik mengirimkan pantun berbalas sesuai giliran yang ditentukan. Sesuai harapan, sebagian besar peserta didik dapat membuat pantun sesuai tema.

“Hal itu terlihat dari jawaban peserta didik dan hasil refleksi pembelajaran yang saya lakukan. Mereka menyatakan lebih mudah memahami cara menulis pantun secara berpasangan. Sikap peduli pada lingkungan juga semakin tertanam,” ungkapnya.

Apresiasi

Di akhir pembelajaran, Priti memberikan apresiasi kepada peserta didik yang aktif. Pada pembelajaran berikutnya, ia menugaskan peserta didik untuk mengirimkan foto aksi lingkungan yang mereka lakukan bersama keluarga di rumah.

“Dengan merancang pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup pada mata pelajaran yang diampuh, dapat membentuk karakter sadar dan peduli lingkungan bagi peserta didik,” terangnya.

Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 1 Pulau Rakyat, Glen Samuel Tamba menuturkan, dengan berpasangan, menulis pantun semakin mudah. Ia juga semakin sadar dan lebih peduli terhadap lingkungan.

“Menulis pantun semakin mudah. Saya juga lebih peduli dan sadar untuk menjaga lingkungan,” tuturnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi