AS Kutuk Junta Setelah 90 Warga Sipil Tewas

AS Kutuk Junta Setelah 90 Warga Sipil Tewas
Demonstran menyebar saat polisi menembakkan gas air mata selama protes terhadap kudeta militer pada Sabtu, 27 Maret 2021, di Mandalay, Myanmar. (AP)

Analisadaily.com, Yangon - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar mengutuk junta karena menembak warga sipil pada hari Sabtu (27/3) saat militer merayakan Hari Angkatan Bersenjatanya.

"Pasukan keamanan menembak warga sipil tak bersenjata, termasuk anak-anak. Ini bukan tindakan militer atau polisi profesional," kata pernyataan yang dirilis di halaman Facebook kedutaan.

Dilansir dari Channel News Asia, lebih dari 90 pengunjuk rasa tewas di hari protes paling berdarah sejak kudeta militer bulan lalu, menurut laporan berita dan saksi.

Sebelumnya, seorang juru bicara kedutaan mengatakan tembakan ditembakkan ke pusat kebudayaan AS di Yangon, tetapi tidak ada korban luka.

"Kami dapat memastikan, tembakan dilepaskan ke American Center Yangon pada 27 Maret. Tidak ada korban luka. Kami sedang menyelidiki insiden itu," kata juru bicara kedutaan, Aryani Manring.

Amerika Serikat sangat keras dalam kritiknya terhadap junta yang merebut kekuasaan di Myanmar pada 1 Februari dan penembakan ratusan pengunjuk rasa anti-kudeta oleh pasukan keamanan.

Kedutaan besar Uni Eropa dan Inggris juga mengutuk pembunuhan "warga sipil tak bersenjata" di Myanmar pada hari Sabtu.

"Hari Angkatan Bersenjata Myanmar ke-76 ini akan tetap terukir sebagai hari teror dan aib. Penembakan warga sipil yang tidak bersenjata, termasuk anak-anak, adalah tindakan yang tidak dapat dipertahankan," kata Kedutaan Besar Uni Eropa di Yangon di media sosial.

Bekas kekuatan kolonial Inggris juga mengatakan, pasukan keamanan telah mempermalukan diri mereka sendiri dengan menembak warga sipil yang tidak bersenjata.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi