Sejumlah pegawai memasuki Kantor Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional di Jakarta, Minggu (11/4). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa)
Analisadaily.com, Medan - Pemerintah telah resmi membentuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN.
Aktivis 98 menilai, langkah ini sebagai peletakan pondasi lembaga riset mengejar ketertinggalan Indonesia dalam bidang riset dan inovasi teknologi.
Ketua Perhimpunan Pergerakan 98, Sahat Simatupang mengatakan, meski Indonesia terlambat membentuk lembaga riset dan inovasi, namun pembentukan BRIN menandakan arah baru pengelolaan bangsa dari hasil riset.
"Selama ini hasil riset dan inovasi berhenti hanya pada paper atau kertas kerja para inovator. Pemerintah kurang menghargai," kata Sahat, Selasa (4/5).
Mengenai keraguan sebagian pihak terhadap kapasitas Megawati memimpin Dewan Pengarah BRIN, Sahat mengatakan, sebagai hal yang wajar karena posisi Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan selama ini tidak pernah bergelut pada dunia riset.
Namun, kata Sahat, dengan fungsi Megawati di Dewan Pengarah BRIN dan Dewan Pengarah BPIP, hasil riset dan inovasi teknologi diharapkan memperkuat semangat persatuan nasional.
"Saya kira kehadiran Megawati di BRIN agar hasil riset menjadi identitas dan kebanggaan suatu bangsa dan lebih jauh menjadi pemersatu nasional seperti Pancasila. Kata kunci keberhasilan riset adalah memanfaatkan teknologi masa lalu dan masa kini menuju teknologi masa depan yang simpel dan murah. Teknologi masa lalu para leluhur kita banyak yang bagus dan masih sangat relevan digunakan. Selain itu Indonesia akan menghadapi ledakan bonus demografi yang kalau tidak dikelola baik akan jadi masalah," ujar Alumni Internasional Leadership Program Amerika Serikat ini.
Meski mendukung Megawati sebagai Dewan Pengarah BRIN, Perhimpunan Pergerakan 98, kata Sahat mengingatkan, lembaga baru tersebut tidak dimanfaatkan hanya untuk kepentingan kelompok periset penguasa saat ini.
"Perhimpunan juga mengingatkan Kepala Badan BRIN Laksana Tri Handoko berlaku adil dengan melibatkan para periset dari berbagai daerah di Indonesia. Banyak riset kampus dan sekolah-sekolah di daerah-daerah yang bisa dikembangkan. Hanya karena dana riset yang jauh dari cukup, membuat hasil riset dan inovasi berhenti hanya pada paper atau kertas kerja para inovator," tandas Sahat.
(JW/CSP)