Abdul Majid berjualan rujak di jalur Medan-Berastagi (Analisadaily/Didik Sastra)
Analisadaily.com, Berastagi - Abdul Majid (80) menghabiskan hari-harinya dengan berjualan rujak keliling di pinggir pasar lintas Medan-Berastagi, Kabupaten Karo. Meski memiliki keterbatasan fisik, memelas untuk bertahan hidup pantang baginya.
Berasal dari Tandem Hilir Stabat dan merantau ke Kabupaten Karo sejak 1995, sempat beberapa kali Abdul Majid berpindah tempat kerja. Kini kakek renta itupun menetap di Lau Gendek, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, sebagai penjual rujak.
Awalnya Abdul datang ke Karo sebagai pekerja di ladang milik orang lain. Kemudian dia menjadi tukang babat rumput sampai tahun 2014.
Namun karena sebuah insiden yang merenggut salah satu kakinya, akhirnya kerjaan membabat rumput ditinggalkannya hingga beralih ke pekerjaan lain. Akhirnya ia memilih untuk berjualan rujak.
Kurang lebih dua tahun jualan rujak di jalur Berastagi-Medan dijalani menggunakan becak motor.
"Jika pembeli banyak, hasil jualan habis, pendapatan bisa Rp 100 ribu per hari. Jika kurang pembeli, pendapatan berkurang. Yang penting saya tidak mau menyambung hidup dari memelas, kerja apapun saya lakukan asal halal," kata lelaki dengan 11 orang anak ini.
Kondisi tubuh yang tidak muda lagi, rambut dan jenggot berwarna putih dengan kaki tunggal, mengharuskannya berjalan menggunakan alat bantu.
Meski demikian, bukan berarti semangat hidupnya harus pudar atau melemah.
"Karena Allah sudah mengatur rezeki semua mahluknya, termasuk saya. Sebab itu jualan saya lakukan agar saya dan istri bisa makan, rumah sewa juga terbayar," sebutnya.
Abdul Majid memiliki 11 orang anak yang semuanya sudah berumah tangga. Empat orang anaknya tinggal di Kabupaten Karo, selebihnya di luar daerah.
Karena tidak mau membebani anak dan mengaharap belas kasihan orang lain, maka ia tetap berusaha mencari nafkah sendiri untuk menghidupi dirinya dan sang istri.
"Tempat mangkal jualan di SPBU Lau Gendek, Simpang Lau Gendek dan sekitarnya," tukas Abdul Majid.
(DIK/EAL)