400.000 Orang Kelaparan, Situasi Kemanusiaan di Tigray Memburuk

400.000 Orang Kelaparan, Situasi Kemanusiaan di Tigray Memburuk
Truk Program Pangan Dunia (WFP) yang membawa bahan makanan untuk para korban perang Tigray terlihat diparkir setelah pos pemeriksaan menuju Wilayah Tigray ditutup, di kota Mai Tsebri, Ethiopia 26 Juni 2021. (Reuters/Stringer)

Analisadaily.com, Jenewa - Para pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan Dewan Keamanan, dengan mengatakan, lebih dari 400.000 orang di Tigray Ethiopia sekarang dalam kelaparan, dan ada risiko bentrokan di kawasan itu meskipun ada gencatan senjata oleh pemerintah federal.

Setelah enam diskusi, Dewan Keamanan mengadakan pertemuan publik pertamanya sejak pertempuran pecah pada bulan November antara pasukan pemerintah, yang didukung pasukan dari negara tetangga Eritrea, dan para pejuang TPLF dengan mantan partai penguasa Tigray.

Penjabat kepala bantuan PBB, Ramesh Rajasingham mengatakan, situasi kemanusiaan di Tigray telah memburuk secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir dengan peningkatan sekitar 50.000 orang yang sekarang menderita kelaparan.

"Lebih dari 400.000 orang diperkirakan telah melewati ambang kelaparan dan 1,8 juta orang lainnya berada di ambang kelaparan. Beberapa menyatakan bahwa jumlahnya bahkan lebih tinggi. 33.000 anak-anak kekurangan gizi parah," kata Rajasingham dilansir dari Reuters, Sabtu (3/7).

Pemerintah Ethiopia mendeklarasikan gencatan senjata sepihak pada hari Senin, yang oleh TPLF dianggap sebagai lelucon. Ada laporan tentang bentrokan lanjutan di beberapa tempat saat tekanan meningkat secara internasional agar semua pihak mundur.

Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Linda Thomas-Greenfield menyampaikan, pemerintah Ethiopia harus menunjukkan benar-benar bermaksud menggunakan gencatan senjata untuk mengatasi bencana kemanusiaan.

"Setiap penolakan akses bantuan bukanlah indikasi gencatan senjata kemanusiaan, tetapi dari pengepungan," kata Greenfield.

Duta Besar Ethiopia untuk PBB, Taye Atske Selassie Amde mengatakan, setelah dia berbicara kepada dewan bahwa tujuan gencatan senjata bukan untuk mengepung, itu untuk menyelamatkan nyawa.

"Gencatan senjata diumumkan untuk meningkatkan akses bantuan dan seharusnya mendorong teman-teman kita untuk memberikan dukungan dan mengurangi tekanan yang tidak membantu. Saya berharap gencatan senjata juga bisa memicu dialog," ujarnya.

Thomas-Greenfield mendesak pihak-pihak yang berkonflik untuk memanfaatkan momen ini, memperingatkan bahwa jika mereka gagal, akan ada konsekuensi yang menghancurkan bagi Ethiopia dan Tanduk Afrika.

Kepala urusan politik dan pembangunan perdamaian PBB, Rosemary DiCarlo mengatakan, pasukan Eritrea telah ditarik ke daerah-daerah yang berdekatan dengan perbatasan dan pasukan dari wilayah tetangga Amhara tetap berada di daerah-daerah Tigray barat yang mereka rebut.

"Singkatnya, ada potensi untuk lebih banyak konfrontasi dan penurunan cepat dalam situasi keamanan, yang sangat memprihatinkan," katanya kepada dewan.

Ia mendesak TPLF untuk mendukung gencatan senjata dan agar pasukan Eritrea mundur sepenuhnya.

Sementara Rusia dan China tidak keberatan dengan pertemuan publik Dewan Keamanan di Tigray. Mereka yakin konflik itu adalah urusan internal Ethiopia.

"Kami percaya bahwa campur tangan Dewan Keamanan dalam menyelesaikannya adalah kontraproduktif," kata Duta Besar Rusia untuk PBB.

Rusia dan China sama-sama memiliki hak veto dewan, bersama dengan Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi