Presiden Amerika Serikat, Joe Biden (AP)
Analisadaily.com, Washington - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengatakan perusahaan media sosial telah 'membunuh orang' karena gagal mengawasi tersebarnya informasi yang salah tentang vaksin Covid-19.
Pernyataan Biden ini muncul sehari setelah Ahli Bedah, Vivek Murthy, menyatakan bahwa informasi yang salah tentang vaksin merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Padahal menurutnya kematian dan munculnya virus corona hampir seluruhnya dapat dicegah karena vaksin.
Ketika ditanya apakah memiliki pesan untuk platform media sosial seperti Facebook terkait maraknya informasi palsu atau menyesatkan tentang vaksin virus Covid-19, Biden mengatakan, "Mereka membunuh orang."
"Satu-satunya pandemi yang kita miliki adalah di antara yang tidak divaksinasi," tegas Biden, dilansir dari
Al Jazeera, Sabtu (17/7).
Senada, Murthy menyebut informasi yang salah tentang Covid-19 yang dianggap sebagai "infodemik" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sangat mematikan.
"Informasi yang salah merupakan ancaman yang akan segera terjadi dan berbahaya bagi kesehatan bangsa kita," ujar Murthy.
"Kita harus menghadapi informasi yang salah sebagai sebuah bangsa. Sebab nyawa tergantung padanya," sambungnya.
Menurutnya terlalu sering platform media sosial dibangun dengan cara yang mendorong, bukan melawan penyebaran informasi yang salah.
"Kami meminta mereka (perusahaan media sosial) untuk melangkah. Kami tidak bisa menunggu lebih lama bagi mereka untuk mengambil tindakan agresif," tukasnya.
Sementara Juru Bicara Facebook, Dani Lever, membantah tudingan yang disampaikan Presiden Joe Biden tersebut.
"Kami tidak akan terganggu oleh tuduhan yang tidak didukung oleh fakta. Faktanya adalah bahwa lebih dari 2 miliar orang telah melihat informasi resmi tentang Covid-19 dan vaksin di Facebook, lebih banyak daripada tempat lain mana pun di internet," ungkap Lever.
"Lebih dari 3,3 juta orang Amerika juga telah menggunakan alat pencari vaksin kami untuk mencari tahu di mana dan bagaimana mendapatkan vaksin. Fakta menunjukkan bahwa Facebook membantu menyelamatkan nyawa," sambungnya.
(EAL)