Qlue Dorong Optimalisasi Industri di Indonesia

Qlue Dorong Optimalisasi Industri di Indonesia
Qlue Dorong Optimalisasi Industri di Indonesia. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam industri didorong demi menciptakan optimalisasi operasional sekaligus mempengaruhi operasional perusahaan. Qlue, perusahaan penyedia ekosistem smart city berkolaborasi dengan Hewlett-Packard Enterprise (HPE) mendorong terwujudnya Indonesia Smart Nation melalui pemanfaatan AI yang diperkuat teknologi edge computing menghasilkan efisiensi biaya dan waktu secara signifikan.

Founder dan CEO Qlue Rama Raditya mengatakan, pemanfaatan AI bagi industri mampu memberikan dampak positif bagi operasional perusahaan di sektor industri. Secara umum, pemanfaatan AI dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 70%, meningkatkan produktivitas pekerja hingga 300% dan mempercepat waktu respon pekerja hingga lebih dari 100%.

Teknologi Al terus berkembang seiring kebutuhan industri, mulai dari kecerdasan berbasis gambar, suara, hingga tekstual. Kini, implementasi solusi kecerdasan buatan berbasis deep learning semakin banyak digunakan karena bisa menggantikan peran manusia yang mampu menganalisis suatu data secara akurat.

“Kecerdasan buatan membuat kita lebih terbantu ketika melakukan hal-hal bersifat rutinitas sehingga mendorong efisiensi waktu, dan mencatatkan produktivitas kerja lebih baik karena teknologi akan mengurangi potensi bagi kita melakukan pekerjaan secara berulang. Misi Qlue mendorong terwujudnya Indonesia Smart Nation harus dimulai dengan kolaborasi seluruh sektor memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada,” ujar Rama melalui keterangan pers, Sabtu (17/7).

Untuk mewujudkan Indonesia Smart Nation, Qlue aktif menggelar diskusi publik sebagai wahana peningkatan wawasan dan saling berbagi informasi. Dalam sebuah diskusi publik bertajuk “Optimizing AI-Based Product to the Various Industries in Indonesia”, pemanfaatan teknologi AI dapat lebih optimal dengan implementasi solusi berbasis edge computing.

Acara yang diselenggarakan secara virtual tersebut dihadiri lebih dari 100 peserta lintas profesi seperti pemerhati teknologi, akademisi, hingga pegawai swasta dari berbagai industri, di antaranya industri perbankan, manufaktur, properti, energi, transportasi, kesehatan, dan BUMN maupun instansi pemerintah lainnya.

Country Product Manager HPE Indonesia Pungky Sulistyo menambahkan, solusi berbasis edge computing ini prinsipnya memindahkan aspek pengelolaan dan analisis informasi dari data center di belakang secara teknologi informasi menjadi ke depan secara operasional. Dengan menganalisis langsung di depan, maka efisiensi manajemen waktu maupun biaya bisa ditingkatkan lagi hingga lebih dari 50%.

Menurut Pungky, salah satu implementasi edge computing yang bisa diterapkan adalah pusat perbelanjaan. Saat pengunjung memasuki area akan mendapat notifikasi tentang program yang sedangkan dilakukan para tenant. Artinya, waktu pengunjung akan menjadi lebih efisien dan para tenant memiliki peluang lebih besar mencatatkan pendapatan.

"Kolaborasi pemanfaatan AI dan edge computing mendorong optimalisasi industri secara masif dan lebih terstruktur. Penerapan AI sederhananya lebih banyak data akan lebih baik. AI itu pada dasarnya mempelajari contoh. Makin banyak diberikan contoh akan semakin baik memahami dunia aslinya. Kita perlu melatih AI seperti otak, dan untuk melatihnya perlu banyak contoh data yang esensial,” kata

Product Manager HPE Partner Sistech Erik Baswara mengatakan, implementasi AI dan edge computing mendorong operasional perusahaan menjadi lebih serba otomatis. Hal itu dimungkinkan karena kecerdasan buatan tidak lagi sekadar memprediksi dan memberikan rekomendasi, tapi sampai tahap autonomous atau menyelesaikan persoalan sendiri.

“Solusi dari HPE saat ini sudah sampai pada tahap operasional secara mandiri menggunakan kecerdasan buatan, mulai dari self-managing, self-healing, dan self-optimizing. Dengan optimalisasi seperti itu, manajemen perusahaan ke depannya semakin jarang mendengar kendala infrastruktur teknologi informasi seperti storage penuh atau memori yang tidak berfungsi secara optimal karena semua sudah dikelola sejak awal oleh teknologi,” ujar Erik.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi