UNICEF Desak Negara-negara Segera Buka Kembali Sekolah

UNICEF Desak Negara-negara Segera Buka Kembali Sekolah
Siswa kelas tujuh Ryza Delos Santos, (10), mengerjakan modulnya di rumah seperti yang diamati sepupunya, setelah sesi di pusat pembelajaran jarak jauh untuk komunitas Aeta di Porac, Pampanga, Filipina, 12 Oktober 2020. (Reuters/Eloisa Lopez)

Analisadaily.com, Manila - Badan Urusan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mendesak otoritas pendidikan untuk membuka kembali sekolah sesegera mungkin di negara-negara, di mana jutaan siswa masih tidak diizinkan ke ruang kelas setelah 18 bulan karena pandemi Covid-19.

Menurut laporan yang dirilis oleh UNICEF pada Kamis (16/9), sekolah di sekitar 17 negara tetap ditutup sepenuhnya, sementara sekolah di 39 negara tetap ditutup sebagian. Diantara mereka yang "hampir sepenuhnya ditutup" adalah sekolah yang biasanya dihadiri hampir 77 juta siswa di Filipina, Bangladesh, Venezuela, Arab Saudi, Panama, dan Kuwait.

Hampir sepertiga dari angka ini dicatat oleh Filipina, yang memerangi salah satu wabah Covid-19 terburuk di Asia dan di mana tahun ajaran baru dimulai minggu ini.

Murid dari enam negara mewakili lebih dari setengah dari 131 juta siswa di seluruh dunia yang telah melewatkan lebih dari tiga perempat dari pembelajaran langsung mereka.

"Krisis pendidikan masih ada di sini, dan setiap hari ruang kelas tetap gelap, kehancuran semakin parah," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore.

Laporan itu mengatakan guru harus diprioritaskan untuk vaksin Covid-19, setelah petugas kesehatan dan mereka yang paling berisiko, untuk melindungi mereka dari penularan komunitas.

Siswa mungkin lebih aman di rumah, tetapi ketersediaan komputer, ponsel, dan Internet, serta kualitas pendidikan yang tidak merata, adalah salah satu tantangan yang terus mereka hadapi.

Di Filipina, beberapa anak dipaksa naik ke atap hanya untuk mendapatkan sinyal Internet. Pada bulan Juni, Presiden Rodrigo Duterte, menolak proposal untuk mengizinkan kelas tatap muka dilanjutkan di beberapa daerah.

"Saya tidak bisa bertaruh pada kesehatan anak-anak," tegasnya dilansir dari Channel News Asia, Jumat (17/9).

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada bulan April, Bank Pembangunan Asia memperkirakan penutupan sekolah yang berlangsung lebih dari satu tahun dapat memangkas pendapatan di masa depan di antara para siswa di kawasan itu sebanyak US$1,25 triliun, atau setara dengan 5,4 persen dari PDB pada tahun 2020.

UNICEF dan mitranya akan menutup saluran digital mereka selama 18 jam pada hari Kamis untuk menarik perhatian pada krisis dan "18 bulan pembelajaran yang hilang".

"Ini adalah krisis yang tidak akan kami biarkan dunia abaikan. Saluran kami diam, tetapi pesan kami keras. Setiap komunitas, di mana pun harus membuka kembali sekolah sesegera mungkin," tegas Fore.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi