Ephorus HKBP Pendeta Robinson Butarbutar didampingi Kepala Departemen Diakonia HKBP Pendeta Debora P Sinaga (Analisadaily/Emvawari Candra Sirait)
Analisadaily.com, Tarutung - Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pendeta Robinson Butarbutar mengatakan, perempuan HKBP harus mampu berperan dan berjuang menghadapi berbagai tantangan kehidupan, terutama di tengah kondisi pandemi yang terjadi saat ini.
“Memang sebelum pandemi datang perempuan-perempuan kita sudah banyak yang mengalami kesulitan besar berjuang untuk membangun keluarganya, masyarakatnya dan membangun gerejanya. Apalagi setelah pandemi saat ini, banyak yang kehilangan pekerjaaan dan sumber-sumber pendapatan. Oleh karena itu perempuan harus mampu melakukan penguatan untuk menghadapi ini," ujar Ephorus saat menghadiri seminar Konferensi perempuan gereja-gereja se-Asia Tenggara yang dilaksanakan di Gedung Raja Pontas Lumbantoning Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung, Rabu (29/9).
Ephorus menyampaikan, pemberdayaan terhadap perempuan ini sangatlah penting dan diperlukan untuk memberikan penguatan bagi perempuan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai masalah kehidupan.
"Pemberdayaan perempuan sangat diperlukan untuk memberikan penguatan bagi perempuan dalam mengatasi masalah serta memampukan perempuan mengambil peran," katanya.
Apalagi menurut Ephorus, perempuan-perempuan HKBP sangat memiliki potensi, karena merupakan salah satu jemaat yang paling aktif di dalam pelayanan gereja.
"Paling aktif dalam gereja itu adalah perempuan sekitar 80 persen. Maka kekuatan ini harus diberdayakan perempuan untuk melakukan penguatan mereka menghadapi ini," katanya.
Menurut Ephorus, potensi ini sangatlah baik untuk dijadikan sebagai pasar digital bagi perempuan dengan melakukan jejaring dengan teman perempuannya yang lain yang bertujuan untuk mengatasi pandemi.
"Misalnya di HKBP sudah membuat rencanan ini untuk membuat market pasar digital HKBP. Di sini nanti perempuannya punya akses langsung untuk berjejaring dengan yang lain untuk mengatasi pandemi ini dan mengatasi masalah secara bersama-sama dan saling membantu," katanya.
Oleh karena itu Ephorus mengatakan, dengan dilaksanakan seminar dalam konferensi ini bertujuan untuk berusaha mengumpulkan, pemikiran-pemikiran untuk pemberdayaan perempuan.
"Tidak hanya itu kebetulan pada Bulan September yang segera akan akan memasuki perencanaan Oktober, supaya kita bisa langsung merencanakan apa yang akan kita lakukan untuk ini," tandasnya.
Di sisi lain, Ephorus juga mengingatkan, dalam hal pemberdayaan perempuan-perempuan gereja ini, tentu harus dibarengi dengan perubahan pola pikir (mindset). Hal ini agar pemberdayaan perempuan ini bisa terlaksanan dengan baik ke depan.
"Seminar ini kita adakan untuk mencari jalan bagaimana gereja-gereja lutheran di Indonesia bersama para mitranya menbantu perempuan-perempuan dan anak-anak yang terdampak secara negatif oleh Covid-19 ini, tetapi itu tidak bisa cepat kita laksanakan kalau belum ada perubahan mindset transformasi pemikiran baik di kalangan perempuan itu sendiri," ucapnya.
Kepala Departemen (Kadep) Diakonia HKBP Pusat Pendeta Debora P Sinaga menambahkan, pada situasi pandemi yang terjadi di tengah masyarakat saat ini memang harus segera direspons.
"Pertama memang karena kita ditengah situasi pandemi, kita memang harus melakukan respons terhadap apa yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan jemaat kita," katanya.
Di sisi lain dia juga mengatakan, dengan potensi yang ada, HKBP bisa menjadi solusi dan market (pasar ekonomi) bagi masyarakat dan warga jemaat gereja di tengah pandemi.
"HKBP bisa menjadi market para petani. Para pelaku dan pembuat souvenir, para petani bisa menjual hasil produksinya itu kepada HKBP," katanya.
(CAN/RZD)