Kisah Pengrajin Tenun Laki-Laki Asal Tarutung

Kisah Pengrajin Tenun Laki-Laki Asal Tarutung
Candro Sitorus, penenun laki-laki dari Tarutung (Analisadaily/Candra Sirait)

Analisadaily.com, Tarutung - Kalangan masyarakat umum beranggapan kerajinan tenun hanya bisa dilakukan oleh perempuan.

Hal itu dikarenakan bertenun sangat membutuhkan kesabaran, ketekunan dan keuletan yang biasanya dimiliki kaum hawa.

Namun berbeda dengan laki-laki yang satu ini. Dia justru lebih memilih profesi sebagai pengrajin tenun ketimbang pekerjaan lain.

Dia adalah Candro Fernando Sitorus (21), pengrajin tenun ulos dari Dusun Merpati Lumban Tolong, Desa Partali Julu, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.

Kepiawaian dan kemahiran dalam bertenun didapat Candro dari orangtuanya sejak berusia 12 tahun atau kelas VI SD. Kini dia sudah menjalani profesi sebagai penenun selama 9 tahun dan telah menghasilkan berbagai jenis ulos batak.

"Saya belajar bertenun sejak usai 12 tahun kelas VI SD. Belajar dari orangtua yang memang pengrajin tenun. Sampai sekarang saya sudah 9 tahun bertenun ulos," kata Candro kepada Analisadaily.com, Senin (4/10).

Candro mengungkapkan jejaknya sebagai penenun ulos juga diikuti dua orang adik laki-lakinya.

"Kami ada empat orang bersaudara, tiga laki-laki dan seorang perempuan. Dua lagi adik saya yang laki-laki juga sebagai pengrajin tenun," sebutnya.

Menurutnya keinginan menjadi pengrajin tenun ulos tidak serta merta dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi. Namun atas dasar kecintaan dan keinginan membudayakan ulos.

"Saya cinta dan ingin membudayakan tenun ulos," ucapnya.

Baginya tenun ulos batak merupakan sebuah karya yang perlu dilestarikan dan dibudayakan. Alumni SMA HKBP 1 Tarutung ini berpendapat bahwa ulos memiliki makna tersendiri bagi masyarakat batak.

"Sebab ulos batak adalah ulos yang melambangkan kepribadian dan sebagai lambang adat sehingga kita harus melestarikannya. Ulos batak bermakna sebagai kekerabatan persaudaraan dalihan natolo. Jika disatukan atau dijalankan, akan berbuah yang baik dan benar sehingga sama seperti ulos dengan berpadu motif menghasilkan karya yang luar biasa," katanya.

Setiap hari Candro menjalani kerajinan tenun. Dia mampu memproduksi tenun ulos paling sedikit 4 lembar dalam satu pekan.

"Dalam satu minggu saya mempu menghasilkan 4 lembar tenun ulos. Tapi jika saya full satu hari bertenun, saya mampu hasilkan satu lembar tenun ulos," ungkapnya.

Candro Sitorus yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara ini mengaku telah menghasilkan berbagai jenis tenunan ulos.

"Seperti ulos ragi huting, ragi hotang, maulana, dan ulos sadum," ujarnya.

Ekspor Keluar Negeri

Candro mengatakan tenun ulos hasil kerajinan tangannya tidak hanya dijual di Indonesia, tapi sudah sampai keluar negeri.

"Jadi kita juga sudah menjual ulos hasil tenun sampai ke Jakarta, Yogya. Kemudian keluar negeri seperti ke Singapura dan Malaysia dengan pesan kirim melalui jasa pengiriman dengan harga bervariasi sesuai dengan kualitasnya," ungkapnya.

Semangat Candro Sitorus sebagai pengrajin tenun dibarengi dengan mimpi dan angan-angan untuk kesukseskanya ke depan. Ia ingin memiliki galeri ulos sebagai tempat pajangan karyanya sekaligus tempat pelatihan bertenun, khususnya bagi anak-anak muda.

"Saya bermimpi kelak nanti bisa memiliki galeri ulos untuk menjadi tempat produk hasil tenun sehingga tenun ulos lebih terkenal lagi. Kemudian menjadi tempat pelatihan bertenun bagi anak-anak generasi muda," sebutnya

Untuk itu Candro Sitorus mengajak para generasi muda agar terus melestarikan budaya ulos dan jangan gengsi melakukan kerajinan tenun ulos.

"Mari kita lestarikan budaya tenun ulos dan jangan gengsi bekerja sebagai pengrajin tenun. Generasi muda harus mampu berkreasi dan berinovasi," tukasnya.

Baca Juga

Rekomendasi