Digitalisasi Merambat, UMKM Menguat

Digitalisasi Merambat, UMKM Menguat
Salah satu pengelola Rumah Kreatif Anak Medan, Wasis Priambodo, saat menunjukkan beberapa miniatur hasil karya mereka (Analisadaily/Christison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Medan - Pandemi Covid-19 membuat berbagai sektor perekonomian di dunia mengalami kehancuran, dan banyak usaha-usaha sulit berkembang. Keadaan yang sama juga terjadi di Indonesia, banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memutuskan gulung tikar, karena ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran.

Setelah 2 tahun melanda tanah air, termasuk Kota Medan, Sumatera Utara, hambatan itu mulai stabil dan ruang mata pencaharian masyarakat kembali berjalan, meskipun belum maksimal seperti sedia kala.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Medan, Reagen Harahap mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19 melanda, pertumbuhan UMKM mengalami penurunan karena banyak menutup usahanya. Jumlah UMKM di Kota Medan diperkirakan 200.000.

Saat ini UMKM di Kota Medan yang sudah dapat dipetakan Dinas Koperasi dan UKM baru 21.335, dan terbanyak aktivitasnya di bidang perdagangan (56 persen) serta penyediaan makan minum (38 persen).

Pada saat bersamaan digitalisasi mulai merambat, sehingga menjadi peluang besar bagi sejumlah pegiat usaha termasuk UMKM dalam mempromosikan dan memasarkan produk-produk unggulannya. Namun di balik proses kemajuan itu, belum secara merata unit-unit usaha masyarakat memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan berbagai alasan.

Salah satunya pedagang buku di Titi Gantung, Lapangan Merdeka, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Ewin. Ia mengaku masa pandemi membuat usahanya sepi pembeli. Di samping masyarakat tidak bisa bebas keluar, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) turut memperparah perjalanan usahanya.

"Bukan itu saja, buku-buku yang saya jual juga tidak berkurang, karena sekolah-sekolah ditutup sementara, sehingga para siswa tidak ada yang membeli buku. Kita pun sempat tutup selama dua minggu. Artinya, sejak virus Corona pendapatan saya berkurang 50 persen," kata pria berusia 43 tahun saat ditemui di toko bukunya, Senin (18/10).

Sambil melahap makan siangnya, ia juga menceritakan sebelum pandemi Covid-19 melanda penghasilannya cukup besar. Apalagi pada saat tahun ajaran baru sekolah ataupun anak kuliah, dalam 1 bulan pembeli bisa mencapai 20 sampai 50 orang.

"Sehingga saat itu, kebutuhan keluarga pun tertutupi bang, namun sekarang sangat sulit. Ditambah lagi persaingan ketat, karena adanya pembelian sistem online. Kita yang offline ini kesusahan dapat pelanggan," tutur Ewin, yang juga menyampaikan adiknya harus menjemput pembeli dari lantai satu (parkir sepeda motor) dengan menyodorkan jenis-jenis buku.

Namun begitu, Ewin yang tinggal di Jalan Air Bersih, Kecamatan Medan Kota ini, mengaku tidak memanfaatkan digital, seperti media sosial maupun sistem online lainnya untuk mempromosikan buku-bukunya. Dia memilih hanya offline, karena tidak ada yang secara teratur mengelola atau meng-update postingan, meskipun cara tersebut sudah pernah diterapkannya.

Saat ditanya mengenai pembiayaan dari bank atau pinjaman dengan bunga rendah, Ewin menjelaskan, dirinya tidak tertarik karena baginya hal itu bukan membuatnya semakin membaik dari sisi penjualan. Melainkan, ia merasa akan terbeban karena harus memikirkan mengembalikannya.

"Kalau tadi misalnya keadaan membaik atau pendapatan jalan terus, masih lumayan. Nah sekarang, dagangan sudah tidak laku, harus bayar bunga bank lagi, gak sanggup lah bang. Biar begini ajalah, berjalan mandiri," tambah ayah 1 anak tersebut, sembari menunjukkan buku yang disusun rapi di rak tokonya.

Berbeda dengan Hendrik Hutasuhut, pelaku UMKM yang memperdagangkan barang-barang perlengkapan outdoor. Ia memulai usaha pada Desember 2019 atau 3 bulan sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Penjualan dia lakukan tidak hanya secara offline, tapi juga memanfaatkan berbagai platform digital, seperti media sosial hingga e-Commerce. Dia mengakui, metode tersebut sangat efekti karena mempermudah pemasaran produk-produknya.

"Pertama kali menggunakannya, saya mendapat keuntungan penjualan senilai Rp 450.000. Bagi saya sendiri, itu sangat baik, apalagi masih baru dan usaha saya juga masih kecil," tutur Hendrik saat dihubungi menggunakan telepon selular, Rabu (20/10).

Pria berusia 32 ini lanjut menjelaskan, tetapi penjualan sempat tidak bergerak, terutama saat virus Corona melanda dan kemudian PPKM. Kata dia, saat itu tempat-tempat wisata banyak tutup, sehingga tidak ada pembeli. Namun sekarang sudah mulai lagi berjalan.

Di samping terhambat karena Covid-19, Hendrik juga mengatakan, pendapatan terganggu karena keterbatasan modal untuk menyediakan barang dagangan yang dibeli dari luar kota. Ia pun tidak ingin melakukan pinjaman uang ke bank.

"Pada saat di gudang ada promo tinggi, kita tidak bisa membeli banyak-banyak karena modal kita tidak mencukupi. Jadi, kita manfaatkan saja apa yang ada. Saya memang tidak mengajukan pinjaman, karena usaha masih kecil dan khawatir tidak diterima," papar Hendrik, yang tinggal di Kecamatan Medan Tembung.

Dia menambahkan, barang dagangannya, seperti tas, sepatu, tenda, dan peralatan hiking lainnya sudah dikirim ke berbagai kota di Sumatera Utara, namun juga hingga ke berbagai provinsi di Indonesia, termasuk Aceh, Padang, dan Riau.

Pemanfaatan digital juga digalakkan pendiri Rumah Kreasi Anak Medan, Eko Prayetno. Ia bersama rekannya, Wasis Priambodo, menjual hasil karyanya tidak hanya di sekitar Kota Medan, tapi juga mampu menembus pasar kel luar daerah, seperti ke Kalimantan dan Pulau Jawa.

Unit usaha yang mereka geluti yaitu membuat miniatur bangunan rumah dan kendaraan, baik darat, laut, dan udara, dengan memanfaatkan limbah-limbah kayu, plastik maupun styrofoam. Dari bahan-bahan itu, mereka menciptakan karya unik atau sesuai permintaan para pemesan dengan harga bervariasi.

"Pemasaran melalui media sosial dan Tokopedia sangat membantu kita. Karena kan, dalam sekejap bisa tersebar ke berbagai kota, bahkan dunia. Kita lebih mudah jadinya mendapatkan pelanggan online, selain pemesanan secara manual. Harganya mulai puluhan ribu hingga jutaan," kata Eko saat ditemui di lokasi pembuatan miniaturnya di Jalan Pasar III, Kecamatan Medan Perjuangan.

100 Juta Pengguna Aktif

Sejauh ini atau sejak didirikan tahun 2009, Tokopedia telah menjadi pelopor transformasi digital dalam negeri. Melalui platform ini, semua orang dapat memulai dan melakukan apa pun.

"Hingga sekarang, sudah ada 11 juta penjual memakai Tokopedia dan 89 persen diantaranya pedagang terbaru. Kemudian ada 100 juta lebih pengguna aktif setiap bulannya," kata External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya.

Melihat geliat dan peluang UMKM meningkatkan pendapatan masyarakat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kota Medan periode 2019-2024, Afif Abdillah, meminta dinas koperasi memfasilitasi agar UMKM warga tersedia di kanal penjualan online atau marketplace seperti Tokopedia. Menurut dia, hal itu bisa membantu pelaku-pelaku usaha, misalnya bekerja sama dengan e-commerce tersebut untuk membuat UMKM Corner Medan.

"Itulah yang menurut saya harus dilakukan Pemerintah, memfasilitasi. Bila itu tidak dilihat maka kasihan pelaku UMKM kita. Kalau misalnya satu katalog khusus produk dari Medan tersedia maka akan mudah bagi pembeli mencari produk dan penjual juga terbantu. Nah, soal dana jika kerja sama, Pemerintah yang menanggung," kata Afif, Jumat (22/10).

Proses digitalisasi yang sekarang sedang berjalan merupakan peluang atau keuntungan besar bagi seluruh wirausahawan, baik skala besar maupun kecil. Karena, dari sisi pemasaran semua pelaku usaha bisa sebebas-bebasnya mempromosikan produk unggulannya.

Ia kemudian menyampaikan tentang pelaku usaha yang kesulitan dalam hal pendanaan. Mengatasi itu, Afif mengatakan, bank-bank Pemerintah di daerah mungkin bisa memberikan bantuan atau suntikan dana kepada UMKM. Kata dia, mengapa itu perlu terus dilakukan, karena bila UMKM di Medan tertata dan besar maka peningkatan ekonomi kota dan pelaku juga meningkat.

"Jadi, semakin besar investasi kepada UMKM kita maka semakin banyak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan atau mungkin juga Provinsi Sumatera Utara. Itu keuntungan bagi kita jika fokus pada pengembangan UMKM," tambah Afif.

Kendati demikian, era digitalisasi ini tidak boleh dibiarkan bergulir begitu saja diadopsi para pelaku usaha, misalnya bermigrasi dari offline ke online. Tentu proses itu memerlukan pendampingan atau pun memberikan pelatihan-pelatihan dari pemerintah, sehingga bisa berjalan maksimal dalam menjajakan produk-produknya di jagat maya.

"Sangat perlu itu dilakukan. Misalnya menggelar workshop, ada tempat konsultasi dari Pemerintah ketika ada masalah atau ingin membuka usaha. Bila perlu disiapkan konsultan khusus. Kita di DPRD Kota Medan juga siap mendukung proses itu jika memang memerlukan susunan anggaran terbaru. Jadi, sekarang sudah saatnya mengarah pada digitalisasi untuk pemulihan ekonomi pasca Covid-19," tambah anggota Komisi B DPRD Kota Medan itu.

Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah mengatakan, pemerintah sudah banyak melakukan program, baik dari pusat maupun daerah, termasuk pemberian bantuan kredit khusus untuk pelaku UMKM dengan bunga ringan dari Bank Sumut dan persyaratan yang mudah.

"Kita juga terus menjalankan pelatihan terhadap pelaku UMKM, apalagi di era pandemi ini semuanya serba digital. Sehingga, kita juga meminta kepada dinas-dinas terkait, seperti koperasi untuk meningkatkan pemasaran produk melalui digital," kata Ijeck, sapaan akrab Musa, beberapa waktu lalu.

Fokus Utama Pemko Medan

Plt Kadis Koperasi dan UKM Kota Medan, Reagen menjelaskan, saat ini fokus utamanya mendorong pelaku UMKM lebih produktif, berdaya saing, melek digital dan naik kelas. Untuk itu diperlukan dukungan pembiayaan, ruang pemasaran, inovasi dan kecepatan adaptasi terhadap kondisi yang terjadi sekarang.

Adapun upaya yang telah dan akan dilakukan Dinas Koperasi dan UKM untuk meningkatkan pendapatan UMKM di masa pandemi dan era digital, diantaranya fasilitasi penyaluran Bantuan Permodalan Usaha Mikro (BPUM) dari pemerintah pusat kepada 94.573 UMKM pada tahun 2020 dan 73.720 UMKM pada tahun 2021.

Lalu, BPUM kepada UMKM yang belum menerima dana dari APBD Kota Medan rencananya akan disalurkan November 2021. Kemudian, pengembangan sistem e-Catalog Lokal UMKM, yang saat ini sudah terdapat 8 UMKM melakukan kontrak payung dan akan menyusul sebanyak 174 UMKM untuk melakukan kontrak payung.

"Melalui e-Catalog UMKM seluruh kebutuhan makan minum kegiatan Pemko Medan diadakan dan dipenuhi. Diharapkan aplikasi e-Catalog ini akan dapat membantu UMKM berkembang dan lebih produktif. Terakhir, memfasilitasi pemasaran produk UMKM ke marketplace Tokopedia dan yang lainnya, serta menjalin kemitraan dengan toko swalayan dan pusat perbelanjaan dalam pemasaran produk UMKM," papar Reagen.

Karena menurut dia, peluang pengembangan UMKM di era digital sangat terbuka dengan syarat harus dapat memperkuat kelembagaan, adaptif, dan melakukan diversifikasi produk. Peluang yang paling terbuka adalah pemasaran produk secara online karena hampir 197 juta penduduk Indonesia menggunakan internet.

Peluang lain, munculnya tren kebutuhan masyarakat yang baru seperti kebutuhan kesehatan, kuliner, dan informasi teknologi. Namun tantangan yang dihadapi adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, rendahnya kemampuan adaptasi dan inovasi, serta belum mahir mengelola dan menggunakan IT.

"Namun, Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan telah memfasilitasi peningkatan pengelolaan usaha UMKM melalui berbagai pelatihan, seperti soal pengelolaan keuangan dan akuntansi, manajemen kelembagaan, pemasaran digital dan menjaring permodalan dan kemitraan," tutur Reagen.

Langkah itu mendesak untuk terus dilakukan mengingat sektor UMKM mempunyai peran strategis dalam perekonomian Kota Medan, penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan.

Di samping itu, UMKM juga merupakan segmen yang paling besar dalam menyediakan dan menyerap tenaga kerja, mengurangi kemiskinan, penyeimbang distribusi perekonomian, serta benteng pertahanan terakhir apabila perekonomian mengalami krisis dan goncangan.

"Melihat besarnya peran UMKM dalam perekonomian tentu aktivitas UMKM dipastikan memberikan kontribusi terhadap pendapatan Daerah Kota Medan," tambahnya.

(CSP/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi