Analisadaily.com, Samosir - Pagi itu Minggu, 17 Oktober 2021 sekitar pukul 09.00 pagi. Pulau Samosir sangat cerah. Dari Pelabuhan Ajibata (Parapat-Samosir) tampak wisatawan mulai ramai mendatangi pulau yang dikelilingi danau vulkanik terbesar di dunia tersebut.
Hiruk-pikuk pedagang di pasar juga kembali membanjiri kawasan Tomok. Kawasan yang ramai didatangi wisatawan.
Di salah satu rumah yang terletak 500 meter dari pelabuhan, Hotmaria Sidabutar tengah menyortir tabung LPG ukuran tiga kilogram. Usai menyortir ia juga harus mengantarkan 15 tabung LPG kepada pedagang warung dan beberapa tetangga yang kehabisan LPG.
Hotmaria dan suaminya Poster Sitindaon selain membuka kedai grosiran, juga telah resmi bergabung menjadi pangkalan gas penyalur LPG di kawasan Tomok Induk sejak tahun 2009.
"Ayolah buk, kita berangkat ke gereja, biar saja si Michael yang mengantarkan gas hari ini ke rumah tetangga," kata Poster Sitindaon kepada istrinya.
"Iya pak," sahut Hotmaria, singkat.
Poster yang sejak tadi telah rapi dengan setelan jasnya, mengeluarkan becak barang yang telah terisi penuh gas LPG tiga kilogram dan 12 kilogram.
"Nak, kau antarkan duluan ke rumah Oppung (Nenek) Ambarita ya nak, dia sudah habis gas (LPG) nya itu waktu menggongseng kacang tadi, udah ditunggunya itu barangkali, setelah itu baru kau antarkan ke tempat lain," kata Poster dengan logat Batak Toba kepada anaknya.
Michael merupakan anak ketiga dari Poster dan Hotmaria, kakaknya yang kedua sudah duluan ke gereja sejak pagi, dan yang tertua kini merantau bekerja di Pusat Kota Medan.
Michael kecil dulunya adalah pemburu koin di pelabuhan, hampir seluruh masa kecilnya dihabiskan di dalam air, mengumpulkan koin lemparan dari wisatawan yang naik kapal penyebrangan. Kini ia sudah beranjak dewasa, sudah kelas dua SMA. Pola pikirnya sudah berubah, karena pembelajaran di sekolahnya sempat menerapkan sistem daring, banyak waktu luang digunakan Michael untuk membantu kedua orangtuanya. Ia mengantarkan gas hingga pelosok kampung terdekat dari rumah mereka.
Walau ada delapan tempat yang harus diantar, tiga pelanggan yang paling diingat oleh Michael untuk diantar LPG-nya pada Hari Minggu adalah Oppung Ambarita, Novi, dan usaha rumah makan milik Dedi Suyanto. Terjauh lokasinya, adalah kediaman Oppung Ambarita
"Semua gas ini bisa kuantar dalam waktu 30 menit ke semua pelanggan, tentunya dua kali ambil barang, karena kalau semua gas dipaksa gak muat, dan becak ini juga tak kuat menanjak," katanya kepada Analisadaily.
Setibanya dirumah Oppung Ambarita, wanita sepuh yang terlihat telah menanti Michael sejak lama tersebut, sangat sumringah melihat becak berisi gas menghampiri teras rumahnya, dua tabung kosong langsung diserahkan ke Michael untuk ditukar dengan yang masih berisi.
"Sudah capek aku pakai kayu bakar, kipas-kipas, kacang sangrai ku pun lama kali masaknya kalau pakai kayu, belum lagi kalau hujan agak payah mencari kayu. Ya gas LPG ini lah jawabannya, praktis, bersih, dan lebih hemat kurasa," ungkap Oppung Ambarita.
Staf PT. Samosir Anugerah Indogas yang menjadi ujung tombak Pertamina di Pulau Samosir, Dormanto Sihombing mengatakan hingga kini pendistribusian LPG tiga kilogram ke Samosir masih aman, tanpa ada kendala apapun.
"Ada 128 desa di Samosir ini, dari jumlah itu, kita sudah buka pangkalan di 98 desa, dan itu sudah termasuk punya pangkalan Hotmaria," kata Dormanto.
Kini, hanya waktu, kerja keras, dan konsistensi insan seperti Michael dan pemuda-pemudi Samosir lainnya agar bisa terus mengedukasi dan membirukan api dapur-dapur di Samosir. Yang bebas asap tentunya.