Serba-Serbi Orgasme pada Perempuan

Serba-Serbi Orgasme pada Perempuan
Foto ilustrasi orgasme pada wanita (Internet)

Analisadaily.com, Medan - Orgasme dianggap menjadi salah satu 'target' yang diharapkan terjadi tiap kali berhubungan intim. Orgasme tak se­lalu bisa mudah di­dapat saat berhu­bu­ngan intim, ter­­utama pada wanita. Selain itu, ke­­­­mampuan mencapai orgasme juga dapat ber­ubah seiring ber­tam­bahnya usia dan riwayat masalah me­dis anda dan gejala an­orgasmia. Anorgasmia adalah istilah me­dis un­tuk susah orgasme secara kons­tan meski sudah banyak men­da­pat­kan rangsa­ngan seksual. Kurang­nya orgasme mem­buat pengidapnya stres dan bahkan me­ng­ganggu keintiman hubungan dengan pasa­ngan.

Masing-masing perempuan me­miliki kebutuhan rangsangan ber­beda agar bisa orgasme. Orgasme meru­pakan perasaan kenikmatan fisik yang intens dan disertai dengan kontraksi ritmis yang tidak dise­nga­ja dari otot dasar panggul. Tetapi orgas­me bisa terasa berbeda pada tiap perem­puan. Gejala utama anor­gasmia yakni susah orgasme yang terjadi secara konstan dan bisa me­micu stres. Kondisi ini tetap terjadi meski rangsangan seksual sudah maksimal.

Orgasme terjadi sebagai reaksi komp­leks dari berbagai faktor fisik, emosional, dan psikologis. Adanya hambatan di salah satu faktor ini dapat memengaruhi kemam­puan un­­tuk orgasme. Penyebab fisik yang berpotensi membuat sese­orang susah or­gas­me misalnya ter­kena penyakit terten­tu, perubahan fisik, dan pengobatan yang dapat mengganggu orgasme. Beberapa obat diketahui juga dapat membuat susah orgasme. Di antaranya obat tekanan darah, obat anti-psikotik, antihistamin dan antide­presan. Bagi perempuan, faktor lain pe­nyebab susah orgasme juga termasuk penu­aan atau jelang menopause. Seiring ber­tambahnya usia, perubahan pada anatomi, hormon, sistem saraf, dan sistem peredaran darah dapat me­mengaruhi kehidupan seks.

Orgasme dapat didefinisikan de­ngan berbagai cara meng­gunakan kri­teria yang berbeda. Profesional medis telah menggu­nakan peru­ba­han fisiologis pada tubuh sebagai dasar definisi, sedangkan profesi­onal kese­hatan mental meng­gu­na­kan peru­ba­han emosional dan kog­nitif. Or­gasme diketahui memi­liki ba­nyak manfaat, teru­tama berkai­tan dengan perubahan hor­monal. Beberapa hormon yang dilepaskan selama orgasme di antaranya se­perti oksi­to­sin.

Beberapa penelitian menunjuk­kan bah­wa hormon ini memiliki efek per­lindungan terhadap kanker dan penyakit jantung. Oksitosin dan en­dorfin yang dile­pas­kan selama orgas­me laki-laki dan pe­rempuan juga ditemukan memberikan efek rileks.

Beberapa Tipe Orgasme

1. Orgasme Vagina

Orgasme vagina, yang sering disalahar­ti­kan sebagai satu-satunya cara wanita men­capai orgasme, ter­nyata tidak semudah yang di­pi­kirkan orang. Saat penetrasi dan or­gasme vaginal terjadi, pasangan bah­kan bisa merasakan dinding vagina berdenyut.

2. Orgasme Klitoris

Klitoris merupakan sebuah ba­gian kecil yang di atas vulva, yang memiliki jutaan ujung saraf. Tak heran jika kemudian ba­gian ini menjadi sangat sensitif terhadap sen­­tuhan. Salah satu cara terbaik untuk merangsang klitoris adalah dengan mene­kan­nya secara lembut dengan gerakan me­mutar lambat atau maju mundur. Orgasme yang dicapai melalui stimulasi klitoris se­bagian besar dirasakan di per­mu­kaan tubuh dan otak, yang sen­sasinya mirip seperti perasaan geli. Orgasme ini dihasilkan dari rang­sangan langsung pada klitoris, di­gambarkan sebagai sesuatu yang in­tens dan tahan lama.

3. Orgasme Kombinasi

Tipe orgasme ini dicapai dengan me­rang­sang dua organ seks, yakni vagina dan klitoris, secara bersa­maan. Orgasme yang dicapai mela­lui kombinasi dua organ seks bisa men­jadi sangat intens dan terka­dang bisa membuat tubuh sedikit kejang.

4. Orgasme Zona Sensitif Seksual

Selain melalui organ intim or­gasme juga bisa dicapai melalui rang­­sangan pada zona sensitif lain­nya. Termasuk pada area lain se­perti telinga, siku, lutut, paha dan payudara. Pada sebagian pe­rem­puan, area-area ini juga dapat meng­­alami reaksi yang menye­nang­­kan dan hampir terasa seperti or­gasme, saat dirangsang.

5. Coregasm

Coregasm merupakan orgasme yang dipicu oleh olahraga. Perem­puan yang pernah mengalami tipe or­gasme ini men­ggambarkannya se­bagai jenis yang kurang intens, tetapi masih terasa menyenangkan. Latihan kardio dan latihan otot inti menjadi jenis gerakan yang baik untuk berpe­luang mendapatkan co­re­gasm. Misalnya seperti latihan mengangkat kaki, ini baik karena melatih perut bagian bawah dan area organ intim

Orgasme pada perempuan se­ring digam­barkan sebagai pusat ke­puasan sek­sual perempuan dan tujuan akhir dari seks. Namun, ba­nyak perempuan tidak menga­lami orgasme selama hubungan seksual sam­­pai usia 20-an atau bahkan 30-an. Bahkan, mereka tidak tahu bah­wa perem­puan juga bisa merasakan orgasme seperti laki-laki.

Dalam sebuah studi meneliti 8.000 perempuan di Finlandia ten­tang penga­la­man seksual mereka. Ketika berhubu­ng­an sek­sual de­ngan laki-laki, hanya se­dikit dari me­reka yang pernah mengalami or­gasme. Kebanyakan dari mereka menga­ku tidak pernah mengalami orgasme. Ha­nya 6 per­sen pe­rem­puan yang mengata­kan bahwa mereka selalu meng­alami or­­gas­­me selama berhu­bungan sek­sual. Di samping itu, 40 persen lain­nya mengatakan mereka ham­pir selalu mengalami orgasme, 16 per­sen pe­rempuan mengalami or­gasme se­paruh waktu, dan 38 per­sen jarang me­ngalami.

Sebanyak 14 persen perempuan di bawah usia 35 tahun tidak pernah me­ngalami orgasme dari hubungan seksual. Perempuan tidak perlu meng­alami orgas­me untuk bisa men­jadi hamil. Saat pe­rem­puan meng­alami gairah, aliran darah ke alat kelamin meningkat. Kondisi ini me­nyebabkan mereka menjadi le­bih sensitif. Saat gairah mening­kat, detak jantung, te­ka­nan darah, dan laju pernapasan sese­ora­ng juga dapat meningkat. Saat orgasme men­dekat, otot mungkin berkedut atau kejang. Banyak perempuan mengalami kejang otot berirama di vagina selama orgasme.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa respons seksual mengikuti ta­hapan tertentu meskipun teori me­reka tentang tahapan ini ber­beda. Namun, sebagian besar teori men­cakup tahapan berikut: ke­gem­biraan, ketika gairah dibangun fase stabil, ketika gairah meningkat dan menurun orgasme, yang me­nye­bab­kan perasaan senang yang inte­ns resolusi, ketika gairah berku­rang. Banyak perempuan dapat me­ngalami or­gas­me lagi setelah resolusi, sedangkan laki-laki bia­sanya memerlukan periode isti­ra­hat sebelum mengalami orgasme lagi. Seks yang menyenangkan da­pat mening­kat­kan suasana hati se­seorang, menghi­lang­kan stres, me­ningkatkan kekebalan, dan mem­bina hubungan yang lebih baik.

Tulisan kiriman dari Dr Elmeida Effendy, MKed, SpKJ (K) (Penulis merupakan staf pengajar di Fakultas Kedokteran USU)

Baca Juga

Rekomendasi