Anjloknya harga jeruk dan sulitnya pupuk membuat petani di Nagori Bunga Sappang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun mengeluh (Analisadaily/Fransius Simanjuntak)
Analisadaily.com, Simalungun - Anjloknya harga jeruk dan sulitnya pupuk membuat petani di Nagori Bunga Sappang Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, mengeluh.
Ha itu disampaikan Parlin Sinaga salah satu petani jeruk, didampingi Ferry Irawan, Edy M Lubis, di Nagori Bunga Sappang, saat bincang-bincang dengan wartawan, Selasa (9/11).
Parlin menuturkan, di masa pandemi Covid-19 perekonomian masyarakat Kecamatan Purba sudah sangat memprihatinkan. Ditambah lagi hasil panen jeruk yang jauh dari harapan karena harga turun. Sehingga para petani semakin menjerit.
Padahal sebelumnya hasil produksi dengan hasil panen yang didapat jauh di luar perkiraan. "Belum lagi sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, ditambah lagi penyakit kutu jarum yang membuat jeruk menjadi tidak laku," ucapnya.
Parlin mengatakan, satu-satunya solusi agar hasil panen sedikit terbantu, jeruk yang akan dipanen harus diangkat semua tanpa ada sortiran.
"Panen kemarin harga jeruk per kilogram Rp 7.100 tanpa ada sortiran. Padahal sebelumnya itu harga jeruk mencapai Rp 15.000," ucap Parlin.
"Kalau hasil panen musim lalu hanya dapat 15 sampai 20 kilogram saja dari setiap batang. Sementara kalau panen raya itu bisa mencapai 60 sampai 80 kilogram," ujarnya.
Dia berharap ke depan pemerintah melalui dinas terkait bisa memberikan perhatian lebih kepada para petani. Mengingat ketersedian pupuk kerap dikeluhkan petani dalam sektor pertanian.
(FHS/RZD)