Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting di Nusa Dua, Bali, Kamis (9/12/2021) (ANTARA/Youtube Bank Indonesia)
Analisadaily.com, Bali - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pandemi Covid-19 menciptakan sebuah situasi perlombaan antara negara maju dan negara berkembang untuk meraih akses vaksin.
“Sifat pandemi sebenarnya menciptakan perlombaan semacam ini. Jadi memiliki akses vaksin terutama untuk negara-negara kurang berkembang akan menjadi sangat sulit,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting di Nusa Dua, Bali, dilansir dari Antara, Kamis (9/12).
Sri Mulyani menjelaskan, seharusnya produksi vaksin Covid-19 secara global bisa untuk memvaksinasi 80 persen penduduk dunia, namun ternyata distribusinya belum merata terutama untuk negara miskin dan berkembang.
Vaksinasi Covid-19 di beberapa negara berkembang, lanjutnya, masih sangat tertinggal dan berbanding terbalik dengan vaksinasi di negara maju yang realisasinya rata-rata mencapai 80 persen dari jumlah penduduk.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani menuturkan G20 telah membentuk Joint Finance Health Task Force untuk menyiapkan dunia agar lebih siap dan siaga dalam menghadapi bencana kesehatan seperti pandemi Covid-19.
Joint Finance Health Task Force G20 fokus pada kesiapsiagaan global menghadapi pandemi, menciptakan strategi penanggulangan lebih awal, dan mencegah dampak yang lebih dalam terhadap keberlangsungan sosial masyarakat maupun ekonomi.
“Kerusakannya tidak boleh terlalu signifikan atau besar tidak hanya bagi manusia tetapi juga ekonomi,” ujar Sri Mulyani.
Ia mengatakan pemerataan akses vaksin Covid-19 bagi seluruh negara menjadi salah satu agenda pada penyusunan kebijakan bersama untuk keluar dari krisis atau exit strategy dalam G20.
Sri Mulyani menegaskan G20 akan membentuk kebijakan exit strategy yang tersinkronisasi demi mewujudkan pemulihan yang merata termasuk terkait pemerataan akses vaksin bagi seluruh negara.
“Saya yakin melalui forum G20 kita akan berdiskusi tidak hanya komunikasi, yang paling penting adalah tindakan atau kebijakan yang membangun kepercayaan global,” kata Sri Mulyani.
(RZD)