Kluster Keilmuan Ethno History USU Bahas Kedamaian di Ambon dan Medan dalam Kemajemukan

Kluster Keilmuan Ethno History USU Bahas Kedamaian di Ambon dan Medan dalam Kemajemukan
Diskusi Publik Kluster Keilmuan Ethno History USU. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Kluster Keilmuan-Ethno History Universitas Sumatera Utara (USU) bermitra dengan Universitas Pattimura dan Universitas Kristen Indonesia Maluku menggelar kajian bertajuk “Peran Asosiasi Warga: Belajar dari Konflik Etnik Ambon Maluku dan Masyarakat Majemuk Medan. Kajian tersebut diadakan melalui zoom meeting, Senin (13/12).

Ketua Lembaga Penelitian USU Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S mengatakan, lembaga penelitian USU tahun ini meluncurkan program yang berhubungan dengan kluster keilmuan.

“Kluster ini tujuan utamanya adalah bagaimana munculnya bidang ilmu yang memang diinisiasi oleh USU bermitra dengan institusi lain, untuk membangun suatu branding kluster keilmuan yang tentu ada hubungannya dengan World Class University Ranking,” tutur Prof. Dr. Robert.

Menurut Prof. Dr. Robert, ada dua hal yang sangat penting dimaknai melalui kluster keilmuan tersebut. Pertama, membumikan satu bidang ilmu yang bermanfaat untuk masyarakat sesuai dengan topik pembahasan pada webinar ini.

“Sesuai topik ini, bagaimana kedamaian terus terpelihara di Maluku Ambon, bagaimana masyarakat heterogen di Sumatera Utara bisa berdamai. Serta bagaimana kita bisa memetik pelajaran berharga untuk masyarakat majemuk,” ucapnya.

Hal penting kedua adalah kluster keilmuan ini akan menjadi branding promosi USU dan mitra institusi ke tingkat dunia. Hal itu disebabkan adanya bidang ilmu ataupun mata kuliah yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

“Ini akan menjadi branding promosi ke tingkat dunia bahwa jika bicara mengenai bidang ilmu itu, maka bisa didapatkan hanya di USU atau institusi yang bermitra,” lanjut Prof. Dr. Robert.

Prof. Dr. Robert menambahkan, ke depannya akan ada beberapa lagi kluster keilmuan dari bidang ilmu baru yang dapat memecahkan persoalan di masyarakat.

“Kita akan kelola dengan bagus untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Itulah latar belakang mengapa USU meluncurkan kluster keilmuan ini,” pungkasnya.

Ketua Peneliti Kluster Keilmuan - Ethno History Dr. Budi Agustono, M.S., menjelaskan, masyarakat Ambon Maluku pernah terkoyak konflik etnik -agama yang menyebabkan korban jiwa. Sesama kelompok masyarakat berbeda etnik - agama saling angkat senjata sepanjang beberapa tahun.

"Sewaktu turbulensi politik antarsuku bangsa berlangsung dari kelompok masyarakat, mengalir inisiasi menenun persaudaraan dan perdamaian melalui asosiasi warga sebagai palagan penurunan ekskalasi konflik etnik agama. Berbeda dengan Ambon Maluku, di masyarakat majemuk Medan meski terjadi kontestasi sumber daya ekonomi dan politik di ruang publik tetapi di wilayah yang sebelum kemerdekaan populer dengan sebutan Negeri Dolar ini stabilitas politik tetap terjaga tanpa riak kekerasan etnik," ujarnya.

Ia menjelaskan, narasi kesukubangsaan di dua daerah ini terutama terkait dengan bekerjanya asosiasi warga dalam relasi antaretnik tidak sama, berbeda satu sama lain.

"Seminar ini untukmembahas bekerjanya pengetahuan lokal dan asosiasi warga di dua daerah ini. Universitas Sumatera Utara, Universitas Pattimura dan Universitas Kristen Indonesia Maluku mengundang hadir penggiat perdamaian, pekerja organisasi masyarakat sipil atau ornop, akademisi kampus dan mahasiswa dalam diskusi publik Peran Asosiasi Warga: Belajar Dari Konflik Etnik Ambon Maluku dan Masyarakat Majemuk Medan," katanya.

Prof Budi menjelaskan, anggota dari tim ini adalah Dr. Sem Touwe, M. Pd. (Universitas Pattimura, Ambon), Dr. Johan Saimima (Universitas Kristen Indonesia, Maluku) dan Junaidi, S.S., M.A. (Universitas Sumatera Utara, Medan).

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi