Ilustrasi (Internet)
Analisadaily.com, Medan - Peningkatan nilai mata uang suatu negara dapat disebabkan banyak faktor, pada dasarnya kurs adalah harga suatu mata uang dari suatu negara terhadap mata uang negara lainnya.
Kurs juga merupakan suatu perbandingan nilai yaitu ketika terjadi pertukaran mata uang antar dua atau lebih negara yang berbeda maka didalamnya akan menghasilkan perbandingan harga dari mata uang tersebut.
Mahasiswa Ilmu Administrasi Bisnis, Universitas Sumatera Utara (USU), Amriady Tampubolon mengatakan, nilai tukar mata uang suatu negara dapat dipengaruhi oleh tingkat inflasi, suku bunga, kebijakan pemerintah, ekspor impor atau neraca perdagangan.
"Biasanya negara dapat dikatakan tumbuh secara signifikan ketika nilai tukar mata uang dalam negaranya menguat terhadap nilai mata uang negara lain. Stabilitas ekonomi dan politik juga menjadi pemicu utama terjadinya penguatan nilai mata uang," katanya, Kamis (23/12).
Dilansir dari CNN Indonesia, negara dengan nilai tukar mata uang tertinggi diduduki oleh Dinar Kuwait. Negara dengan pendapatan global yang disokong sebesar 80% lebih dari industri minyak dan merupakan salah satu cadangan global terbesar.
Jika dibandingkan dengan Dolar AS per November 2021, 1 Dinar Kuwait setara dengan 3,32 dolar AS atau sekitar Rp 47.463. Sedangkan nilai tukar Indonesia terhdap Dolar AS per Desember 2021, 1 USD setara dengan Rp 14,365.
Pertumbuhan Nilai ekspor suatu negara menjadi salah satu pengaruh yang kuat terhadap nilai mata uang, semakin tinggi tingkat ekspor maka akan memicu pertumbuhan nilai mata uang tersebut.
Namun hal itu ternyata tidak berlaku untuk Jepang dan Amerika pada tahun 2013, disaat Indonesia telah berupaya untuk memperkuat nilai tukar Rupiah, Jepang dan Amerika Justru pernah dengan sengaja melemahkan mata uangnya.
Jepang melemahkan mata uangnya sendiri yaitu Yen saat mengalami penguatan yang sangat tajam. Hal ini dikarenakan nilai produksi ekspor negara tersebut yang besar.
“Karena mata uang Yen mengalami penguatan yang sangat kuat. Sehingga pemerintah Jepang mencoba dengan keras ingin membuat Yen melemah,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Difi Johansyah di Bandung, Jawa Barat, pada 7 Desember 2021.
Jepang memilih untuk melemahkan mata uangnya untuk meningkatkan inflasi pada negaranya sendiri, cara yang dilakukan jepang adalah dengan memasok lebih banyak uang kepasar.
Inflasi yang meningkat membuat mata uang yen mengalami pelemahan. Alasan yang mendasari Jepang untuk melakukan hal ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM.
Dengan terjadinya inflasi maka para pelaku UMKM akan menaikkan harga. Hal yang sama juga dilakukan oleh Amerika Serikat waktu itu, namun tujuan dilakukannya pelemahan mata uang sendiri ini adalah untuk meningkatkan ekspor negaranya.
China juga melakukan hal yang sama dalam melakukan perang dagang dengan Amerika pada tahun 2019. Dengan membiarkan yuan melemah, China dapat mengurangi dampak tarif baru AS dengan menjaga ekspornya tetap terjangkau di Negeri Paman Sam tersebut.
Saat ini perekonomian Indonesia tengah mengalami tekanan dari melemahnya nilai tukar rupiah. Akan tetapi ada beberapa negara yang ternyata sempat sengaja melemahkan mata uangnya.
Jepang adalah salah satu negara yang sengaja mempraktekan hal tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ekspor dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negaranya.
Ekspor yang besar memicu peningkatan nilai mata uang, namun jepang melakukan pelemahan terhadap nilai mata uangnya untuk dapat meningkatkan nilai ekspor dengan menjangkau pasar yang lebih besar dan menghindari pesaing dengan harga produk ekspor yang terjangkau.
(JW/RZD)