Alumninya Ditembak, Rektor Unika Santo Thomas Angkat Bicara

Alumninya Ditembak, Rektor Unika Santo Thomas Angkat Bicara
Rektor Universitas Katolik Santo Thomas, Prof Sihol Situngkir, memberikan keterangan saat jumpa pers, Selasa (18/1). (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Forum Masyarakat Peduli Kamtibmas Unika Santo Thomas Medan merespon kejadian warga yang ditembak dengan airsoftgun di Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Medan Selayang pada Minggu (16/1) lalu.

Di mana, korban bernama Juang Parlindungan Naibaho (50) yang merupakan alumni dari kampus Santo Thomas Medan dan terlibat percekcokan dengan pelaku berinisial IHMS.

"Kami dari rektorat sungguh kaget dengan kejadian yang terjadi di belakang kampus ini. Dan yang terkena musibah adalah alumni kita," kata Rektor Unika Santo Thomas, Prof Sihol Situngkir saat jumpa pers, Selasa (18/1).

Sihol menuturkan turut prihatin atas peristiwa yang dialami Juang. Ada pun pertikaian yang diderita Juang diduga karena adanya keberadaan dua cafe hiburan malam di sekitar lokasi kampus, yakni Cafe Naganteng dan Cafe Jambu.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pelaku yang menyerang Juang pun adalah salah satu pemilik cafe tersebut yang diduga cemburu. Sebab, portal menuju cafenya ditutup sementara ke Cafe Jambu dibuka. Padahal dikabarkan sudah ada perjanjian masyarakat sekitar pukul 23.00 WIB portal menuju ke dua cafe ditutup.

Sayangnya di malam itu Juang bersama penjaga keamanan sedang tidur dan anggotanya yang bertugas menjaga portal. Namun, anggotanya juga tertidur sehingga portal terbuka dan akses ke Cafe Jambu terbuka sementara ke Cafe Naganteng tertutup. Akhirnya pemilik cafe tidak senang dengan perlakukan demikian dan berujung menembak Juang dengan airsoftgun.

Sihol menceritakan telah mendengar cerita tersebut dari Juang saat di rumah sakit Bhayangkara. Pihaknya pun mempertanyakan keberadaan senjata yang dimiliki pelaku. Sebab, aksi penembakan dengan airsoftgun tersebut sangat memungkinkan menghilangkan nyawa seseorang.

Alumnus Unika Santo Thomas, Andriano Sembiring mengatakan, cukup aneh bila polisi belum bisa menangkap pelaku yang sudah berkeliaran selama tiga hari.

"Karena itu pelakunya kan menggunakan senjata dan itu dilepaskan beberapa peluru ke warga. Seharusnya pelakunya itu berbahaya kalau dibiarkan berkeliaran," terangnya.

Di samping itu, Ganda Maruhum, kuasa hukum Juang menjelaskan, berdasarkan informasi bahwa kedua cafe tersebut menjual minuman keras.

"Untuk itu nanti akan kita cek juga secara langsung. Karena cafe seharusnya tidak menjual minuman keras. Kalau menjual minuman keras namanya Bar dan harus ada izinnya," jelasnya.

Sehingga, kata Ganda, izin usahanya harus ditinjau lagi oleh pemerintah. Terkait dengan tindak kekerasan, ia mendorong polisi agar bergerak cepat untuk menangkap pelaku. Pasalnya, pelaku sudah mengarahkan senjata ke kepala korban sehingga dinilai termasuk ke penganiayaan berat.

"Yang ditembak adalah daerah vital sehingga kita mengasumsikan juga pelaku sedang dipengaruhi obat terlarang semisal narkotika. Makanya nanti urine dan darah pelaku harus dicek," jelasnya.

Atas kejadian itu Sihol meminta agar polisi melakukan patroli rutin di kawasan itu demi terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat serta mencegah tindakan sewenang-wenang (main hakim sendiri) oleh anggota masyarakat terhadap anggota masyarakat lainnya.

"Sebab, kehadiran kafe-kafe tersebut beroperasi hingga larut malam dengan suara musik keras sangat mengganggu ketenteraman masyarakat dan proses belajar mengajar di Universitas Katolik Santo Thomas," ungkapnya.

Demikian pihaknya menyatakan sikap agar Kapolda Sumatera Utara mengambil langkah tegas dan terukur untuk menuntaskan kasus kekerasan dan penembakan terhadap Juang Naibaho yang merupakan warga setempat.

"Sekaligus mencopot jajaran kepolisian dan pemerintahan setempat yang diduga melakukan pembiaran atas keberadaan cafe tersebut," tambah Sihol.

(JW/CSP)

Baca Juga

Rekomendasi