Investasi Mulai Bergeser ke Sektor Industri

Investasi Mulai Bergeser ke Sektor Industri
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (ANTARA/HO-Biro Pers Setpres)

Analisadaily.com, Jakarta - Realisasi investasi saat ini mulai bergeser ke sektor-sektor yang mendukung industrialisasi. Hal ini disebutkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

Dikatakannya juga, hal itu tercermin dari capaian realisasi investasi sepanjang triwulan IV 2021 di mana industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya jadi sektor yang paling banyak terealisasi, yakni mencapai Rp 34,8 triliun (14,4 persen).

"Dulunya di tahun 2020, transportasi, gudang dan telekomunikasi nomor satu, sekarang sudah berubah ini. Sekarang masuk di industri," katanya dalam paparan daring realisasi investasi 2021 di Jakarta, dilansir dari Antara, Kamis (27/1).

Menurut Bahlil, capaian tersebut menunjukkan bahwa saat ini investasi yang masuk sudah mendorong pembangunan industri, khususnya hilirisasi.

"Artinya investasi ini sudah mendorong pembangunan industri, hilirisasi, untuk menciptakan nilai tambah untuk mengantisipasi agar tidak terjadi deindustrialisasi," katanya.

Bahlil mengaku pemerintah terus mendorong agar sektor manufaktur bisa memberikan nilai tambah. Dalam catatan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi mencapai Rp 241,6 triliun sepanjang triwulan IV 2021.

Selain sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, ada sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran yang jadi sektor utama yang terealisasi paling banyak dengan capaian Rp 28,6 triliun (11,8 persen).

Disusul kemudian sektor pertambangan dengan Rp28 triliun (11,6 persen); sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp 27,3 triliun (11,3 persen); dan sektor listrik, gas dan air sebesar Rp 22,3 triliun (9,2 persen).

Realisasi investasi triwulan IV 2021 tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Maluku Utara.

Ada pun negara asal investasi yakni Singapura (2,1 miliar dolar AS), Hongkong (1,5 miliar dolar AS), Amerika Serikat (1,2 miliar dolar AS), China (900 juta dolar AS), dan Jepang (500 juta dolar AS).

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi