Corry Lumbantoruan (Analisadaily/Istimewa)
“Suamiku sakit, dia harus cuci darah. Aku butuh dana tambahan,” ungkap Corry Lumbantoruan.
Analisadaily.com, Medan - Kondisi pelik ini ditambah lagi putrinya masih kuliah di Bandung. Padahal, perempuan ini seorang pensiunan dari salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lalu bagaimana caranya untuk lepas dari masalah yang menghimpit itu? Berjualan kain? Sudah pernah. Berjualan bunga saat sedang tren-trennya, juga sudah pernah. Dan, dua bidang itu tak juga jadi solusi. Sedangkan uang pensiunan yang diterimanya bak air yang menguap begitu saja.
“Sebanyak apapun kalau tak ada pemasukan, uang itu pasti habis kan?” sahutnya.
Maka, kepada analisadaily, pada suatu sore di kediamannya belum lama ini, perempuan yang akrab disapa Corry ini pun mulai bercerita awal mulanya menjadi driver ojek online (ojol) di Kota Medan. Sesuatu yang tidak gampang karena kendala utama bagi perempuan untuk dapat sepenuhnya memanfaatkan peluang ekonomi digital saat ini adalah adanya kekhawatiran akan keselamatan pribadi mereka. Namun, hal itu menjadi tantangan bagi Corry.
Dan, pada Maret 2019 lalu, IFC merilis sebuah laporan yang memaparkan tentang bagaimana kehadiran layanan transportasi berbasis teknologi memfasilitasi perempuan untuk dapat masuk ke dalam industri transportasi. Hasilnya, hampir seperempat responden perempuan yang disurvei menyatakan bahwa layanan ini telah meningkatkan rasa kemandirian mereka; dibandingkan dengan 18 persen laki-laki yang berpendapat serupa. Hal ini kemudian juga meningkatkan mobilitas sosial ekonomi mereka terutama pada ruang-ruang yang didominasi oleh laki-laki.
“Anak perempuanku satu-satunya pun saat itu juga sedang berkuliah di Bandung, dan dia membutuhkan biaya yang tak sedikit, bukan hanya membayar biaya kuliahnya saja, namun biaya kost, makan, dan kebutuhan lainnya,” bebernya.
Suatu hari, saat berbincang dengan suaminya, terlontar sebuah gagasan untuk bekerja sebagai driverojol. Selain waktu kerjanya fleksibel, Corry tetap bisa menjalani perannya sebagai istri, dan yang utama menghasilkan uang.
“Masuk akalku alasan suami, jadi pikirku mengapa tidak, yang penting halal dan dapat uang. Maka, jadilah aku driver ojol sampai sekarang. Tapi, sedih aku suamiku sudah tak ada lagi, sudah meninggal dia, tak ada lagi kawanku,” katanya.
Suaranya bergetar, “Tapi senang aku karena sejak jadi driver ojol, segala biaya kelangsungan hidup bisa teratasi, anakku pun bisa menyelesaikan kuliahnya hingga bergelar sarjana,” sambung Corry tersenyum menepis kesedihannya.
Corry tak lagi berusia muda, sudah 62 tahun. Namun semangatnya sangat luar biasa. Sejak gadis dia memang sudah terbiasa mengendarai kendaraan roda empat, itu sebab ibu satu anak ini cukup menguasai jalan-jalan di Kota Medan. Saat coronavirus mewabahi dunia, termasuk Indonesia, terkhususnya Kota Medan, Corry pun tak patah semangat. Dia tetap melayani konsumennya dengan baik, sekalipun ia tak pernah menolak konsumen, meskipun harus menjemput di lokasi yang cukup jauh dari titik keberadaannya.
“Pantang bagiku untuk menolak, apalagi mengeluh, karena konsumen yang memesan saat itu sudah pasti membutuhkan jasa kita. Dan dia mempercayai kita, jadi semampuku kulayani dengan baik,” bilangnya.
Protokol Kesehatan
Corry bersyukur perusahaan tempat dia bekerja sejalan dengan kebijakan pemerintah, termasuk bagaimana menjalani pekerjaan di tengah situasi pandemi Covid-19. Mulai dari edukasi tentang protokol kesehatan Covid-19, melaksanakan vaksin, hingga menyediakan fasilitas sesuai protokol kesehatan selama pandemi Covid-19.
“Di dalam mobilku selalu kusediakan hand sanitizer, masker, dan kendaraanku telah kulengkapi dengan partisi plastik sebagai syarat pembatasan jarak. Pokoknya, sesuai standar protokol kesehatan. Sebelum dan usai bekerja, kendaraanku ini pun selalu kusemprot cairan disinfektan, semua ini demi kenyamanan konsumen, juga kenyamanan diriku sendiri,” terangnya.
Corry berkisah, satu kali salah satu konsumennya (laki-laki) merupakan penderita covid-19 yang telah sembuh. Jadi Corry menjemputnya dari salah satu rumah sakit di Kota Medan. Tujuan konsumen itu adalah pulang ke rumahnya di daerah Tembung.
“Saat mengobrol ketahuan jika bapak itu baru saja dirawat di rumah sakit karena positif Covid-19. Maka agar kami sama-sama nyaman, aku usulkan kaca jendela mobil dibuka sedikit, dan dia pun setuju, selanjutnya kamipun jadi lebih nyaman untuk mengobrol,” kenangnya.
Secara mandiri Corry juga memanfaatkan training online yang bisa diikuti setiap driver ojol. Sejak dia menjadi driver, total sebanyak 200-an training yang dia ikuti secara mandiri.
“Seperti kuis, akan ada pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tema training yang kita ikuti. Kemudian kita jawab, jika jawaban kita benar semua, maka kita pun lulus karena telah menguasai tema tersebut,” ungkapnya.
Menurut Corry tema-tema pelatihan itu beragam, mulai dari yang bersifat ringan hingga cukup berat. Tentunya semua berkaitan dengan pekerjaan.
“Ada tema yang membahas soal ramah tamah, etika melayani, konsumen, hingga tema tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), bahkan lebih spesifik tentang kekerasan seksual. Ah banyak sekali, dan tentu itu berguna ya, aku senang mengikuti training itu,” akunya.
Katanya kalau dia tak mendapatkan nilai yang memuaskan, dia akan terus mengulang materi dari tema training itu, hingga akhirnya mendapatkan jawaban yang benar dari materi yang dipertanyakan.
“Kurang puas rasaku kalau dapat nilai yang tak maksimal, jadi cukup rajin memang aku terus mengulangnya, karena kan memang bagus materinya, aku pun jadi pintar,” tambahnya.
Sebagai perempuan, Corry bersyukur tidak pernah mendapatkan pengalaman yang tidak enak selama bekerja menjadi driver ojol. Dalam hematnya, bersikap waspada adalah sebuah keharusan, namun memperhatikan sikap diri juga penting. Salah satunya adalah memperhatikan penampilan dan etika dalam berkomunikasi.
“Dengan begitu konsumen pun bisa melihat dan menghargai kita,” katanya.
Selain itu, menurutnya, setiap pekerja perempuan sejatinya memahami kapasitas gendernya dalam bekerja. Seperti Corry yang membatasi waktu kerjanya hanya sampai pukul 18.00 saja. Dia tak pernah melebihi dari jam itu. Nyatanya tak pernah ada paksaan dari perusahaan tempat ia bekerja untuk bekerja selama 24 jam, makanya Corry yakin dengan menerapkan aturan standarnya sendiri dia tetap berdaya sebagai perempuan.
K3 Kunci Hadapi Kondisi Pandemi
Corry Lumbantoruan (Analisadaily.com/Istimewa)
Sejak pandemi Covid-19, pemerintah gencar menyosialisasikan aspek K3 (keselamatan kesehatan kerja). Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah dalam momen Peringatan Bulan K3 Nasional 2022, Rabu (12/1) lalu secara virtual di Jakarta bahkan menggarisbawahi aspek K3 dalam pidatonya. Menaker Ida menegaskan, agar semua pemangku kepentingan secara ketat menerapkan K3, karena diyakini menjadi salah satu kunci dalam menghadapi kondisi pandemi Covid-19.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan pada 2019, terdapat 182 ribu kasus kecelakaan kerja. Sepanjang 2020, terdapat 225 ribu kasus kecelakaan kerja, 53 kasus penyakit karena kerja. Pada Januari hingga September 2021, terdapat 82 ribu kasus kecelakaan kerja dan 179 kasus penyakit akibat kerja yang 65 persennya disebabkan Covid-19.
Itu juga yang menjadi dasar Menaker Ida tentang diperlukannya strategi baru dalam perlindungan K3 yang dapat menyesuaikan antara hubungan kerja dan pengendalian potensi bahaya. Sebelumnya, potensi bahaya dihadapi pekerja di tempat kerja. Namun, ke depannya dalam situasi pandemi Covid-19, potensi bahaya justru berada di luar tempat kerja, rumah, kafe, dan tempat umum lain.
Sejalan dengan maksud pemerintah, Grab sebagai salah satu perusahaan ojol di Asia Tenggara bahkan sejak 2018 telah melaksanakan aspek K3 dengan meluncurkan Roadmap Teknologi Keselamatan yang terdiri atas sejumlah pengembangan produk yang ditujukan untuk meningkatkan standar keselamatan di industri transportasi. Mobile platform online-to-offline (O2O) ini juga berkolaborasi dengan Komnas Perempuan dan Dirlantas Polda Metro Jaya untuk meningkatkan standar keamanan bepergian. Berinovasi dalam kemajuan teknologi sebagai bentuk realisasi dari aspek K3 itu beberapa di antaranya adalah membuat inovasi seperti fitur ‘Share My Ride’, tombol darurat, GrabChat dan juga fitur penyamaran nomor telepon, Grab menawarkan moda transportasi yang lebih aman dan dapat diandalkan bagi ribuan perempuan; mitra pengemudi maupun penumpang. Persis Corry yang bersyukur sampai saat ini merasa aman dalam bekerja.
“Eh sudah jam berapa ini, aku harus menjemput konsumen nih, harus semangat biar rezeki tak pernah putus,” pungkas Corry mengepalkan tangannya.
Berita kiriman dari: Adelina Savitri Lubis