Analisadaily.com, Langkat - Sumatra Trofical Forest Journalism (STFJ) menggelar diskusi dengan mengusung tema “Pemanfaatan Jasa Wisata Alam Berbasis Konservasi Dalam Mengantisipasi Kerusakan Hutan Dan Perburuan Satwa Liar” di Rock Island, Bukit Lawang, Langkat, Sumatera Utara (Sumut).
Dalam diskusi itu STFJ mengundang 2 narasumber yang berkompeten, Kepala Resor, Bekancan, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) Wilayah V Bahorok, Jon Maruli Purba, dan Pelaku Jasa Wisata Lingkungan, Joni Kurniawan.
Diskusi yang dipandu Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ( UMSU), Muhammad Said Harahap, dihadiri juga perwakilan dari Kecamatan Bahorok, tokoh masyarakat, pemandu wisata yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Langkat, pelaku wisata Bukit Lawang, guru, NGO, mahasiswa, dan sejumlah jurnalis.
Direktur STFJ, Rahmad Suryadi mengatakan, melalui diskusi ini diharapkan menjadi penyadartahuan bagi semua pihak bahwa pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan hutan, sehingga kerusakan hutan dan perburuan satwa liar dapat diminimalisir.
"Saat ini pemanfaatan jasa wisata alam berbasis konservasi dinilai menjadi salah satu solusi dalam mengantisipasi praktik perusakan hutan dan perburuan satwa liar, karena akar permasalahan selama ini adalah kemiskinan. Jika masyarakat sejahtera, hal itu akan membuat masyarakat tidak perlu masuk ke hutan," kata Rahmad, Jumat (4/2).
Rahmad mengatakan, keterlibatan masyarakat sangat berperan penting dalam menjaga hutan. Menurutnya, kini masyarakat dapat menjadi social buffer, menjaga kawasan konservasi, khususnya di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
"Dari diskusi, muncul gagasan akan dibentuk kelas lingkungan, dan MTS Negeri IV Bahorok, akan menjadi sekolah percontohan," ujarnya.
Kepala Resor Bekancan, BBTNGL, Wilayah V Bahorok, Jon Maruli Purba mengatakan, pihaknya sangat mendukung penuh kegiatan ini.
"Kami dari pihak BBTNGL sangat mendukung penuh adanya kegiatan ini dan nantinya dapat berkolaborasi," kata Jon.
Kemudian Jon mengatakan, TNGL memiliki 4 satwa kunci yang harus dijaga dan dilestarikan. Bukit Lawang merupakan kawasan TNGL yang memiliki potensi besar dan menarik bagi wisatawan, karena lokasinya berada di kawasan TNGL.
Pelaku Jasa Wisata Lingkungan, Joni Kurniawan, mengungkapkan beberapa contoh pengelolaan jasa wisata konservasi di sejumlah negara. Menurutnya, pengelolaan jasa wisata lingkungan harus memiliki nilai konservasi. Hal tersebut justru membuat paket wisata itu bernilai.
"Kita harus memahami bahwa melihat satwa liar tidak harus berdekatan dan berjumpa, hal itu menjadi nilai yang tinggi, karena membuat wisatawan menjadi penasaran dan konservasi berjalan baik. Bukit Lawang memiliki potensi yang luar biasa, selain hutan, sungai, orangutan ada kawasan batu karst, seperti di Rock Island yang bisa dijadikan destinasi wisata edukasi baik anak sekolah, keluarga maupun masyarakat umum," kata Joni.
Komandan SAR Bukit Lawang, Alex Alzuhri selaku pengelola di Rock Island, mengatakan, perlu mengenalkan lokasi Rock Island menjadi destinasi wisata baru di Bukit Lawang, karena memiliki potensi yang berbeda dan unik.
"Untuk mendatangkan orang ke lokasi wisata, sekarang harus ada hal yang baru. Berada di Rock Island, kita seperti berada di jaman megalitikum. Hal tersebut dapat mengubah pola pikir, bahwa kita tidak perlu masuk dalam kawasan TNGL, karena di luarnya juga ada destinasi wisata yang menarik dan indah," tandasnya.
(RZD)