Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach berbicara kepada wartawan di Olimpiade pada hari Jumat (18/2). (AFP/Gabriel BOUYS)
Analisadaily.com, Beijing - Komite Olimpiade Internasional mengadakan pertemuan dengan China untuk mengingatkan mereka agar menjauhkan politik dari Olimpiade Beijing, Jumat (18/2). Langkah ini dilakukan setelah seorang juru bicara lokal membalas kebohongan tentang Xinjiang.
"Masalah ini tidak kami abaikan," kata ketua IOC, Thomas Bach, sehari setelah juru bicara panitia penyelenggara lokal, BOCOG, membalas pertanyaan dari media asing tentang Taiwan dan hak asasi manusia di Xinjiang.
"Kami berhubungan dengan BOCOG segera setelah konferensi pers ini dan kemudian kedua organisasi, BOCOG dan IOC, telah menyatakan kembali komitmen tegas untuk tetap netral secara politik, seperti yang disyaratkan oleh Piagam Olimpiade," tegas Bach dilansir dari Reuters, Jumat (18/2).
Amerika Serikat telah memimpin boikot diplomatik oleh beberapa negara Barat di Olimpiade atas masalah hak asasi di China, terutama nasib sebagian besar minoritas Muslim Uyghur di wilayah barat laut Cina Xinjiang.
Para pegiat mengatakan, setidaknya satu juta orang Uyghur dan Muslim berbahasa Turki lainnya telah dipenjara di kamp-kamp di Xinjiang, sementara ada juga tuduhan sterilisasi paksa terhadap perempuan dan kerja paksa.
"Isu-isu ini tidak relevan dengan Olimpiade Musim Dingin tetapi saya masih merasa berkewajiban untuk membuat komentar cepat lagi," kata juru bicara BOCOG, Yan Jiarong pada hari Kamis (17/2), setelah wartawan asing dua kali bertanya tentang Xinjiang.
"Pertanyaannya sangat didasarkan pada kebohongan. Beberapa pihak berwenang telah membantah informasi palsu tersebut dengan banyak bukti kuat," ujarnya.
China dengan keras menyangkal semua tuduhan atas perlakuannya terhadap Uyghur dan mempertahankan kamp-kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan untuk mengurangi daya tarik ekstremisme Islam.
Yan juga bullish pada pertanyaan tentang Taiwan. China mengklaim pulau demokrasi yang diperintah sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya untuk diambil kembali suatu hari nanti, dengan paksa jika perlu.
Di semua Olimpiade, atlet dari Taiwan bersaing di bawah bendera "Chinese Taipei".
"Ini adalah sesuatu yang kita benar-benar harus mengambil posisi serius," kata Yan, menyusul pertanyaan tentang atlet Taiwan di Olimpiade dan kehadiran mereka pada upacara penutupan hari Minggu.
"Yang ingin saya katakan adalah hanya ada satu China di dunia. Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China dan ini adalah prinsip internasional yang diakui dengan baik dan juga diakui di komunitas internasional.
Kami selalu menentang gagasan mempolitisasi Olimpiade," tegasnya.(CSP)