Gamelan Bali hadir di tengah-tengah mahasiswa internasional di Canberra, Australia (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Canberra – Gamelan Bali hadir menyambut kedatangan mahasiswa mancanegara Australian National University (ANU) yang berlokasi di Canberra, Australia, saat penyelenggaraan masa orientasi mahasiswa.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Republik Indonesia di Canberra, Australia, Mukhamad Najib, yang hadir dalam kesempatan tersebut menyambut baik inisiatif menampilkan Gamelan Bali dalam acara masa orientasi mahasiswa ANU.
“KBRI Canberra secara khusus diundang ANU untuk menampilkan salah satu musik tradisional khas Indonesia, yaitu Gamelan Bali,” tutur Atdikbud Najib, Jumat (18/2).
Tim Gamelan Bali KBRI yang dipimpin oleh I Gede Eka Riadi menampilkan empat lagu yang menjadi daya tarik mahasiswa internasional, yaitu Tabuh Bapang Selisir, Tabuh Gilak, Tabuh Geligak dan Tabuh Godeg Miring.
Diselingi dengan penjelasan mengenai gamelan dan makna lagu yang dimainkan, penampilan tim Gamelan Bali KBRI ini pun mengundang perhatian dan keingintahuan banyak mahasiswa dan dosen.
Diuraikan Najib, masa orientasi mahasiswa ANU ini merupakan kesempatan mengenalkan Indonesia bukan hanya kepada mahasiswa Australia, tapi juga mahasiswa internasional.
“Hari ini ANU kedatangan mahasiswa dari berbagai negara, tampil dalam acara pekan orientasi mahasiswa ini merupakan peluang bagi KBRI untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia,” tutur Najib.
Selama ini, jelas Najib, KBRI memiliki kelas Gamelan Jawa dan Gamelan Bali yang terbuka bagi masyarakat Australia maupun dari negara lain yang tertarik. Namun karena adanya pandemi Covid-19, tidak memungkinkan diadakan pelatihan secara tatap muka.
“Ke depan, jika pandemi Covid-19 ini benar-benar sudah reda, kita berencana menghidupkan kembali kelas Gamelan Jawa dan Bali di KBRI,” tambah Najib.
Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud) KBRI Canberra, Ghofar Ismail mengakui, meski gamelan bisa dimainkan dengan indah di depan mahasiswa, namun yang dihadirkan sebenarnya masih belum lengkap, karena banyak instrumen yang tidak diikutsertakan.
“Kami memperhatikan protokol Kesehatan, maka tidak semua tim bisa tampil di ANU kali ini. Boleh dibilang ini semacam Mini Gamelan, karena pemain dan instrumennya tidak lengkap. Namun untuk menghasilkan bunyi yang sesuai dengan lagu yang dimainkan, tim ini sangat cukup,” jelas Ghofar.
Mahasiswa ANU asal Australia, Serena Ford, mengaku tertarik dengan bunyi yang dihasilkan Gamelan Bali. “Jika pandemi sudah mereda dan KBRI membuka kelas Gamelan Bali, saya berniat mengikuti kelas tersebut,” tutur Serena.
Mahasiswa School of Public Policy ANU, Elly, sangat senang bisa mengikuti penampilan Gamelan Bali dari awal sampai akhir. “Meski saya tidak sekolah di sekolah musik, tapi saya senang mendengar Gamelan. Semoga nanti saya bisa ikut berlatih Gamelan di KBRI,” harap Elly.
Pengajar Jurusan Ethnomusicology ANU, Bonnie McConnel, menyambut gembira penampilan Gamelan Bali dalam masa orientasi mahasiswa di ANU. Bonnie berharap penampilan ini menarik minat lebih banyak mahasiswa untuk mengikuti kelas musik tradisional.
“Selama ini ada sekitar 15 mahasiswa yang mengambil mata kuliah musik etnik. Saya berharap tahun ini akan lebih banyak lagi yang ikut kuliah ini,” ujar Bonnie.
Pemerintah Australia kembali membuka perbatasannya bagi mahasiswa mancanegara. Hal ini disusul dengan pembukaan perkuliahan tatap muka di berbagai kampus di Australia awal Februari, termasuk kampus-kampus di Canberra, Australia.
(RZD)