Ketua Umum Asperapi, Hosea Andreas Runkat (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com Jakarta - Industri MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions) di tahun 2023 diperkirakan sudah normal seperti kondisi sebelum pandemi Covid-19.
“MICE tahun ini Insya Allah jauh lebih baik dari tahun kemarin. Terlebih lagi tahun ini, Indonesia menjadi keketuan G20 yang harus berjalan secara in persion, sesuai dengan arahan Presiden,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Hosea Andreas Runkat usai Munas ke-11 Asperapi di Jakarta, Kamis(24/2).
Andreas mengungkapkan, di tahun 2022 ada sejumlah pameran yang diprediksi mengalami recovery dan yang paling cepat adalah; pameran consumer goods, auto show, dan pameran kerajinan.
Untuk merecovery di industri pameran akibat pandemi Covid-19, Andreas menyarankan, para pelaku industri pameran mengubah mindset yaitu dengan digitalisasi pameran, karena jamannya sudah berbeda.
"Kemudian, harus didukung pula dengan kebijakan, seperti tidak ada lagi PPKM atau pembatasan lainnya di tahun ini baik setelah lebaran dan seterusnya. Jika ini berjalan lancar, mungkin sudah 85 persen ada penyelenggaraan event, dan tahun 2023 mendatang sudah kembali normal seperti yang terjadi pada tahun 2019 lalu," ujar Andreas.
Semenjak pandemi Covid-19, industri MICE nasional terutama pameran belum banyak. Data Asperapi menyebutkan, tahun 2019, jumlah pameran Business to Business (B2B) sebanyak 172 kali, pameran Business to Consumer (B2C) sebanyak 98 kali, sementara itu untuk skala internasional 169 kali dan untuk skala nasional mencapai 270 kali.
Pada tahun 2020, jumlah pameran B2B sebanyak 144 kali, B2C tercatat 123 kali, dengan rincian 154 pameran internasional dan 113 pameran skala nasional.
"Tahun 2020 hanya mampu menggelar 28 pameran atau hanya 10 persen saja. Sebanyak 239 atau 90 persen pameran batal terselenggara, akibat Covid-19," urai Andreas.
Memasuki tahun 2021, kondisi industri pameran mulai merangkak naik. Meski secara daftar jumlahnya sangat kecil yakni hanya 64 pameran, namun mampu terlaksana sebanyak 42 penyelenggaraan.
"Pameran tersebut dapat terlaksana atau mendapat rekomendasi penyelenggaraan dari pemerintah pusat maupun daerah di seluruh Indonesia. Ada 18 pameran yang terlaksana di wilayah Jabodetabek, dan 24 pameran dari luar Jabodetabek," rinci Andreas.
Ia melanjutkan, untuk luas area pameran mencapai 450.360 square meter dengan jumlah pengunjung mencapai 680.826 orang. Ada 41 pameran dengan skala B2C yang terlaksana dan hanya 1 pameran berskala B2B.
"Dengan jumlah pameran tersebut tercatat ada 1.486 peserta dari institusi, lembaga, atau perusahaan. Sementara untuk jumlah transaksi pameran yang terjadi di tahun 2021 yakni sebesar Rp9,2 triliun," detail Andreas.
Ia berharap, di tahun 2022 sudah bisa menyelenggarakan pameran tanpa khawatir dengan pembatasan sewaktu-waktu dan kembali bersinar, dan memberikan kontribusi dalam meningkatan perekonomian Indonesia.
“Kendala saat ini terjadi untuk pameran dengan skala B2B, karena ada keterkaitan dengan border internasionaleHarapannya Juli mendatang, pameran B2B sudah mulai terealisasi, karena beberapa negara tetangga pun sudah mulai berjalan,” harapnya.
Masruroh, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran (MICE) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenprekraf) menyatakan, pihakny akan terus meningkatkan kolaborasi dengan Asperapi.
(TRY/RZD)