AS Minta China Mengutuk Serangan Rusia ke Ukraina

AS Minta China Mengutuk Serangan Rusia ke Ukraina
Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, mengadakan konferensi pers tentang tanggapan AS setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Ukraina, di Gedung Putih di Washington, pada 24 Februari 2022. (Reuters/Leah Millis)

Analisadaily.com, Washington - Gedung Putih meminta China untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina pada Minggu (27/2) ketika serangan gencar Moskow terhadap tetangganya terus berlanjut dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi.

Sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan, China telah menerapkan beberapa sanksi yang dikenakan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia atas invasi dan berbicara mendukung kedaulatan Ukraina pekan lalu. Namun Beijing harus berbuat lebih banyak.

"Ini bukan waktunya untuk berdiri di pinggir lapangan. Ini saatnya untuk vokal dan mengutuk tindakan Presiden Putin dan Rusia yang menyerang negara berdaulat," kata Jen Psaki dalam wawancara dengan MSNBC dilansir dari Reuters, Senin (28/2).

Dia mengatakan, Presiden AS Joe Biden belum berbicara dengan pemimpin China Xi Jinping dan tidak mengesampingkan panggilan di masa depan.

"Tetapi ada juga langkah-langkah penting bagi kepemimpinan China untuk melihat diri mereka sendiri dan benar-benar menilai di mana mereka ingin berdiri saat buku-buku sejarah ditulis," kata Psaki.

Biden sendiri hanya mengecam China pekan lalu setelah Beijing menolak menyebut langkah Moskow sebagai invasi dan mendesak semua pihak untuk menahan diri.

"Putin akan menjadi paria di panggung internasional. Setiap negara yang menyetujui agresi telanjang Rusia terhadap Ukraina akan ternoda oleh asosiasi," kata Biden tanpa menyebut nama China.

Komentar Psaki pada hari Minggu lebih tajam, datang beberapa jam setelah Putin memerintahkan komando militernya untuk menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi dalam menghadapi tanggapan besar Barat terhadap perangnya di Ukraina.

China adalah mitra dagang terbesar Rusia untuk ekspor dan impor, membeli sepertiga dari ekspor minyak mentah Rusia pada tahun 2020 dan memasoknya dengan produk manufaktur dari ponsel dan komputer hingga mainan dan pakaian.

Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Uni Eropa meluncurkan lebih banyak sanksi terhadap Moskow di atas hukuman pekan lalu, termasuk langkah Jerman untuk menghentikan pipa gas senilai US$11 miliar dari Rusia.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi