Diskusi Membangun Masa Depan Sepak Bola Sumatera Utara 'Menuju PON 2024' di Medan, Sabtu (5/3) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Sepak bola Sumatera Utara (Sumut) harus bangkit dan mengembalikan marwah yang dulunya berprestasi dan kerap menyumbangkan pemain ke skuad Timnas Indonesia.
Hal ini dinyatakan dalam diskusi Membangun Masa Depan Sepak Bola Sumatera Utara 'Menuju PON 2024' di Medan, Sabtu (5/3).
Hadir dalam diskusi yang juga sebagai pembicara Manajer PSMS Medan, Mulyadi Simatupang, eks Manajer PSMS 2010-2012, Benny Tomasoa, Mantan Wali Kota Medan, Rahudman Harahap, serta pengamat sepak bola Rafriandi Nasution.
Benny Tomasoa mengakui jika saat ini sepak bola Sumut sudah bisa dikatakan tertinggal dari daerah lain, khususnya Pulau Jawa. Tentu hal ini segera harus dibenahi, dan sepak bola Sumut harus mampu berprestasi ke depan, terutama saat Sumut menjadi tuan rumah PON 2024 mendatang.
“Kita ketahui bersama jika pesepak bola Sumut memiliki prestasi yang baik dan kerap menjadi penghuni skuad Timnas Indonesia. Jadi seharusnya sepak bola Sumut, bisa berprestasi di tingkat nasional,” ucapnya.
Benny menuturkan, salah satu alasan ingin maju sebagai Ketua Asprov PSSI Sumut dikarenakan ingin melakukan perubahan, dan perubahan ini tentunya harus dilakukan secara bersama-sama bukan per orangan.
Khusus untuk sepak bola inikan perubahan yang mesti dilakukan perubahan yang besar, artinya bagaimana ke depan sepak bola Sumut ini bisa berprestasi.
“Siapapun nanti yang terpilih sebagai ketua asprov, organisasi PSSI mestilah dikelola dengan baik dan profesional,” pintanya.
Hal senada dikatakan Rahudman Harahap yang menilai, hal utama yang harus dilakukan adalah rasa memiliki terhadap sepak bola. Hal ini tak terpatri hanya pada pengurus saja.
"Kita semua harus ikut merasa memiliki terhadap sepak bola Sumut. Bagaimana kita berjuang, berbuat. Buat pelatihan wasit yang baik, berkualitas," katanya.
Rahudman menegaskan, langkah cepat harus dilakukan untuk menyiapkan diri menghadapi PON 2024 saat Sumut dan Aceh menjadi tuan rumah. Ia menilai, sejatinya pengurus yakni Asprov PSSI Sumut memiliki waktu penuh untuk mengurus sepak bola di daerah ini.
"Ke depannya pengurus Asprov PSSI Sumut punya waktu dan ruang untuk mengabdi. Saya ingin sepak bola ini menjadi idola di Sumut terutama menghadapi PON mendatang," tegasnya.
Manajer PSMS, Mulyadi Simatupang pun mengakui bila tantangan berat sepakbola di Sumut untuk mengembalikan prestasi yang dulunya kerap diraih. Mulyadi menilai, ada tiga hal yang harus menjadi fokus pembenahan.
"Ada 3 yang harus menjadi fokus, manajemen organisasi, kompetensi SDM dan pendanaan," katanya.
Mulyadi menyebutkan, fokus tersebut harus adanya aksi nyata kolaborasi antara pengurus, pemerintah, juga peran penting masyarakat.
"Harus ada kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat juga. Tidak boleh kerjasama sendiri harus saling mendukung, satu tujuan untuk sepak bola," jelasnya.
Dirinya juga mengakui bila regenerasi pemain asal Sumut masuk dalam skuad merah putih pun tak ada lagi. Hal ini pun patut menjadi koreksi penting bagi penggiat sepak bola. Hal yang sama juga kompetisi yang tak berjalan.
"Kompetisi mati suri di Sumut. Tidak ada kompetisi secara berjenjang. Sehingga bagaimana pemain kita seperti di Jawa, usia 17 sudah masuk Timnas. Ini kelemahan kita," tutup Mulyadi.
(JW/RZD)