Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyampaikan pidato di Moskow, Rusia pada 18 Maret 2022. (RIA Novosti Host Photo Agency/Alexander Vilf via Reuters)
Analisadaily.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, berencana menghadiri KTT G20 di Indonesia akhir tahun ini. Amerika Serikat dan sekutu Baratnya sedang menilai apakah Rusia tetap berada dalam Kelompok Dua Puluh ekonomi utama setelah invasi ke Ukraina.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, yang saat ini menjabat sebagai ketua bergilir G20, mengatakan Putin bermaksud melakukan perjalanan ke pulau Bali untuk KTT G20 pada bulan November.
"Itu akan tergantung pada banyak, banyak hal, termasuk situasi Covid-19, yang semakin baik. Sejauh ini, niatnya adalah dia ingin," kata Lyudmila Vorobieva dalam konferensi pers dilansir dari Reuters, Rabu (23/3).
Ditanya tentang saran Rusia dapat dikeluarkan dari G20, dia mengatakan itu adalah forum untuk membahas masalah ekonomi dan bukan krisis seperti Ukraina.
"Tentu saja pengusiran Rusia dari forum semacam ini tidak akan membantu menyelesaikan masalah ekonomi ini. Sebaliknya, tanpa Rusia akan sulit untuk melakukannya," ujarnya.
Kementerian luar negeri Indonesia menolak mengomentari seruan agar Rusia dikeluarkan dari G20.
Rusia meluncurkan invasi ke tetangga selatannya pada 24 Februari.
Putin mengatakan Rusia sedang melakukan "operasi militer khusus" untuk menghentikan pemerintah Ukraina melakukan genosida, sebuah tuduhan yang disebut Barat sebagai rekayasa tak berdasar.
Vorobieva mendesak Indonesia untuk tidak terombang-ambing oleh tekanan dari negara-negara Barat.
“Kami sangat berharap pemerintah Indonesia tidak menyerah pada tekanan mengerikan yang diterapkan tidak hanya ke Indonesia tetapi juga banyak negara lain di dunia oleh Barat,” kata Vorobieva, yang mengatakan Rusia secara aktif mengambil bagian dalam semua pertemuan G20.
Rusia menghadapi serangan sanksi internasional yang dipimpin negara-negara Barat yang bertujuan mengisolasinya dari ekonomi global, termasuk menutupnya dari sistem pengiriman pesan bank global SWIFT dan membatasi transaksi oleh bank sentralnya.
Pada hari Selasa, Polandia mengatakan telah menyarankan kepada pejabat perdagangan AS untuk menggantikan Rusia dalam kelompok G20 dan bahwa saran tersebut telah menerima "tanggapan positif".
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan anggota G20 harus memutuskan tetapi masalah itu bukan prioritas sekarang.
“Ketika sampai pada pertanyaan tentang bagaimana melanjutkan dengan WTO dan G20, sangat penting untuk mendiskusikan pertanyaan ini dengan negara-negara yang terlibat dan tidak memutuskan secara individual. Cukup jelas kami sibuk dengan hal lain selain berkumpul dalam pertemuan semacam itu. Kami sangat membutuhkan gencatan senjata," kata Scholz.
Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, ditanya apakah Presiden Joe Biden akan bergerak untuk mendorong Rusia keluar dari G20 ketika dia bertemu sekutu di Brussels minggu ini, mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih, lembaga-lembaga internasional dan dalam masyarakat internasional.
Namun, Amerika Serikat berencana untuk berkonsultasi dengan sekutu sebelum ada pernyataan lain. Sebuah sumber Uni Eropa secara terpisah mengkonfirmasi diskusi tentang status Rusia pada pertemuan G20.
“Sudah sangat jelas bagi Indonesia bahwa kehadiran Rusia pada pertemuan tingkat menteri yang akan datang akan sangat bermasalah bagi negara-negara Eropa,” kata sumber tersebut, seraya menambahkan, bagaimanapun, tidak ada proses yang jelas untuk mengecualikan suatu negara.
Deputi Gubernur Bank Sentral Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan pada hari Senin posisi Indonesia adalah salah satu netral dan akan menggunakan kepemimpinan G20 untuk mencoba menyelesaikan masalah tetapi Rusia memiliki "komitmen kuat" untuk hadir dan anggota lain tidak dapat melarangnya.(CSP)