Menlu China dan Ukraina Bicarakan Invasi Rusia

Menlu China dan Ukraina Bicarakan Invasi Rusia
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. (AFP/Ishara S Kodikara)

Analisadaily.com, China - Para menteri luar negeri China dan Ukraina telah berbicara untuk pertama kalinya pembicaraan damai bahkan ketika tuduhan kekejaman Rusia di kota-kota sekitar Kyiv berkembang.

Kecaman internasional terhadap Moskow telah meningkat dalam beberapa hari terakhir dengan penemuan lusinan mayat di daerah sekitar ibukota Ukraina tempat pasukan Rusia telah ditarik, meskipun mereka membantah terlibat dalam kematian tersebut.

China telah berulang kali menolak untuk mengutuk sekutu lamanya Rusia atas invasi tetangganya, menggemakan poin pembicaraan Moskow dalam menyalahkan campur tangan Amerika dan perluasan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) karena mengatur panggung untuk konflik.

Panggilan telepon Senin (4/4) antara Wang Yi dan Dmytro Kuleba dari Ukraina adalah pembicaraan tingkat tinggi pertama yang dilaporkan antara kedua negara sejak 1 Maret, sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengunjungi China pekan lalu untuk serangkaian pertemuan.

Selama panggilan telepon, yang menurut Beijing dibuat atas permintaan Kyiv, Wang mengatakan sikap dasar China terhadap masalah Ukraina adalah untuk mempromosikan pembicaraan damai.

"Perang suatu hari nanti akan berakhir, dan kuncinya adalah bagaimana belajar dari pengalaman menyakitkan ini untuk menegakkan keamanan abadi di Eropa," kata Wang dilansir dari AFP dan Channel News Asia, Selasa (5/4).

Dia menambahkan, Beijing percaya pada pembentukan mekanisme keamanan Eropa yang seimbang, efektif dan berkelanjutan berdasarkan dialog yang setara dan prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi.

"China bersedia mengambil posisi yang objektif dan adil untuk terus memainkan peran konstruktif dengan caranya sendiri," kata Wang.

Kuleba mentweet dia berterima kasih kepada rekan China atas solidaritas dengan korban sipil.

"Kami berdua memiliki keyakinan yang sama bahwa mengakhiri perang melawan Ukraina melayani kepentingan bersama perdamaian, keamanan pangan global, dan perdagangan internasional," ucap Kuleba.

Kedekatan diplomatik China dengan Rusia telah memicu kekhawatiran Beijing mungkin bersedia membantu Kremlin menghindari dampak sanksi Barat atau bahkan memasok perangkat keras untuk membantu upaya perang.

Pejabat tinggi Uni Eropa pada hari Jumat memperingatkan Presiden China Xi Jinping agar tidak mendukung Rusia dan mendorong Beijing untuk menggunakan kekuatan diplomatiknya untuk mengakhiri perang.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi