Ong Shinse, 40 Tahun Menggeluti Pengobatan Alternatif

Ong Shinse, 40 Tahun Menggeluti Pengobatan Alternatif
Anggota Ong Shinse tampak sedang menangani salah seorang pasien di rumah pengobatannya di Jalan Karya gang Karya Sehati Perumahan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Senin (4/4). (Analisadaily/Christison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Medan – Pengobatan alternatif Ong Shinse, setiap hari ramai dikunjungi warga untuk menyembuhkan jenis penyakit yang dialaminya. Masyarakat yang berobat datang dari berbagai daerah di Sumatera Utara, termasuk Dairi, Samosir, Kota Medan, Simalungun dan masih banyak lagi.

Bukan dari wilayah itu saja, orang dari Papua, Kalimantan dan Aceh pun sudah merasakan kemantapan treatment nya, bahkan dari luar negeri juga mengetahui, seperti Singapura dan Malaysia.

Metode-metode yang digunakannya berbeda dengan tren pengobatan modern sekarang ini, yang hampir seluruhnya mengandalkan obat-obatan yang berbahan kimia. Sejak dahulu, pria berusia 58 tahun ini memang tidak menggunakan itu, dan menganjurkan kepada pasiennya agar tidak mengonsumsi obat.

“Orang berobat ke sini karena mengalami stroke, saraf kejepit, baik di bagian pinggang maupun di leher. Namun yang paling sering saya tangani adalah pasien yang menderita sarat kejepit di pinggang. Kita tangani dengan berbagai cara agar sembuh,” kata Ong saat ditemui di lokasi pengobatannya di Jalan Karya gang Karya Sehati Perumahan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Senin (4/4).

Sembari menangani pasiennya, Ong lanjut menceritakan, durasi pasien yang dia obati bermacam-macam, biasanya ada dua sampai tiga jam, meskipun ada yang harus menginap, namun itu pun karena faktor tidak mempunyai uang atau tempat tinggal pasien yang jauh.

Setelah dia terapi memakai alat-alatnya, rasa sakit yang dialami pasien bisa berkurang dan pada akhirnya sembuh. Ong menyampaikan pengalamannya ketika menangani pasien yang sakit parah, karena berjalan saja tidak bisa, tetapi pada akhirnya mengalami kemajuan kesehatan fisik.

“Saya pernah menangani pasien perempuan. Dia bisanya merangkak, berjalan dan duduk tidak bisa, tidak bisa apa-apa. Kita obati dengan proses yang panjang, Puji Tuhan, sekarang ibu ini sudah bisa berjalan, duduk, meskipun masih terus kita lakukan terapi,” ujar Shinse sembari menunjukkan rekaman video seorang ibu itu sebelum dan sesudah diobati.

Kerja dengan Nurani

Lebih dalam, pria yang gemar marah-marah ini, menjelaskan soal misi pengobatannya. Dia tidak pernah meminta kepada orang biaya terapi dan dia hanya ingin setiap orang yang berobat ke memberikan seikhlasnya. Karena, dia menggeluti pekerjaan ini sepenuh hati dan melayani orang dengan penuh kasih.

“Banyak orang berobat ke sini, tapi secara keuangan tidak mampu. Namun apa pun sakitnya kita kerjakan. Ya Puji Tuhan, mereka sembuh. Kita juga tidak pernah memandang siapa dia, mau India, China, kita kerjakan dengan hati nurani. Yang penting itu kita mengobati menggunakan cinta kasih, bukan karena memandang dia kaya atau miskin, bukan,” ucap Ong, yang memegang teguh prinsip kerja berdasarkan hati nurani.

Shinse, yang saat ini memiliki empat anggota, yaitu Hendri, Tony, Agus dan Ationg, menambahkan dia sudah menggeluti pengobatan terapi, termasuk patah tulang, kusuk, akupuntur, sejak berumur 1964 atau umur 18 tahun dan dia sudah mulai mempelajari treatment tersebut dari orang tuanya diusia 11 tahun pada 1954. Dan sampai sekarang atau selama 40 tahun, dia mengaku sudah ada ribuan orang dia tangani, termasuk saat dia panggil hingga ke luar kota, seperti ke Jakarta dan tempat lainnya di Indonesia.

Salah seorang pasien, dari Parapat, Kabupaten Simalungun, Leny Sinaga, mengatakan sudah tiga tahun badannya sebelah kanan, mulai kapala, tangan hingga kaki terasa kebas dan tidak bisa merasakan apa-apa, termasuk saat mandi tidak merasakan saat air membasahi badannya dan tidak bisa menulis. Wanita yang berprofesi sebagai guru ini juga sudah berobat ke mana-mana, bahkan sudah operasi tetapi tidak benar-benar pulih.

“Saya yakin, mudah-mudahan setiap pengobatan yang jalani memberikan kesembuhan dan semoga ini terakhir yang saya jalani. Saya sakit sejak 2019 dan sekarang setelah diobati badan saya lumayan ringan, tidak kebas lagi serta sudah mulai bisa menulis. Sebelumnya memegang mouse komputer juga susah digerakkan. Sekarang sudah ada perubahan,” tutur Leny, yang menjalani pengobatan di Ong Shunsen baru dua kali.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi