Dr Nurman Achmad, SSos, MSoc,Sc. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Ketua Pusat Studi Moderasi Beragama dan Karakter Bangsa Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Nurman Achmad mengatakan, pada bulan suci Ramadan ini merupakan momentum yang sangat baik untuk merealisasikan moderasi beragama.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini menjelaskan, “moderasi” memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Dalam bahasa Inggris, kata “moderasi” berasal dari kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Juga terdapat kata moderator, yang berarti penengah (of dispute).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “moderasi” berarti penghindaran kekerasan atau penghindaran keekstreman. Kata ini adalah serapan dari kata “moderat”, yang berarti sikap selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, dan kecenderungan ke arah jalan tengah.
Jadi, ketika kata “moderasi” disandingkan dengan kata “beragama”, menjadi “moderasi beragama”, maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama.
"Gabungan kedua kata itu menunjuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip untuk selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem (radikalisme) dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan semua elemen dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia," ujarnya, Senin (11/4).
Ramadan, imbuhnya, menjadi jalan tengah bagi umat muslim untuk beribadah dengan tekun, melawan hawa nafsu untuk bertindak sewajarnya dalam batas-batas norma keislaman.
Sementara untuk pemeluk agama lain, imbuhnya, Ramadan menjadi momentum untuk menghargai perbedaan, menjaga kerukunan dalam saling tenggangrasa sehingga terhindar dari konflik agama.
"Mari kita beragama secara moderat dalam keranga kebhinnekatunggalikaan, Pancasila dan senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan, keutuhan bangsa," katanya.
(BR)