Putin Setuju PBB dan ICRC Terlibat dalam Evakuasi Warga Sipil

Putin Setuju PBB dan ICRC Terlibat dalam Evakuasi Warga Sipil
Asap mengepul di atas pabrik Azovstal Iron and Steel Works selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, pada 25 April 2022. (Reuters/Alexander Ermochenko)

Analisadaily.com, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada prinsipnya menyetujui keterlibatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC) dalam evakuasi warga sipil dari pabrik baja yang terkepung di kota selatan Ukraina Mariupol.

Selama pertemuan di Moskow, Selasa (26/4), Putin dan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, membahas situasi di pabrik baja besar Azovstal, di mana para pembela terakhir Ukraina Mariupol berjongkok setelah berbulan-bulan pengepungan dan pemboman Rusia.

"Diskusi lanjutan akan dilakukan dengan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan dan Kementerian Pertahanan Rusia," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan dilansir dari Reuters dan Channel News Asia, Rabu (27/4).

Sebelumnya, Putin mengatakan kepada Presiden Turki, Tayyip Erdogan, tidak ada operasi militer yang sedang berlangsung di Mariupol dan Kyiv harus "bertanggung jawab" atas orang-orang yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal.

Ukraina pada hari Senin meminta PBB dan ICRC untuk terlibat dalam evakuasi warga sipil dari Azovstal. Guterres diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv pada Kamis.

Selama konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Guterres, mengatakan dia telah mengusulkan "Kelompok Kontak Kemanusiaan" dari pejabat Rusia, Ukraina dan PBB untuk mencari peluang untuk pembukaan koridor yang aman, dengan penghentian permusuhan lokal, dan untuk menjamin bahwa mereka benar-benar efektif.

Moskow menggambarkan invasi 24 Februari ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus" dan menyangkal menargetkan warga sipil. Ia menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang koridor kemanusiaan.

Pada 21 April, Rusia menyatakan kemenangan di Mariupol meskipun pasukan Ukraina yang tersisa bertahan di kompleks bawah tanah yang luas di bawah Azovstal. Rusia mengatakan pada hari Senin akan membuka koridor kemanusiaan bagi warga sipil untuk meninggalkan pabrik baja, tetapi Ukraina mengatakan tidak ada kesepakatan seperti itu dan bahwa Rusia masih menyerangnya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi