Terkepung, PBB Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol

Terkepung, PBB Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol
Pemandangan menunjukkan fasilitas Pabrik Besi dan Baja Azovstal yang rusak selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Selasa, 3 Mei 2022. (Reuters/Alexander Ermochenko)

Analisadaily.com, Ukraina - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Banga (PBB), Antonio Guterres, mengatakan operasi ketiga sedang dilakukan untuk mengevakuasi warga sipil dari kota pelabuhan Mariupol Ukraina dan pabrik baja Azovstal yang terkepung. PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) sejauh ini telah membantu hampir 500 warga sipil melarikan diri dari daerah itu selama dua operasi dalam seminggu terakhir.

"Saya berharap koordinasi yang berkelanjutan dengan Moskow dan Kyiv akan mengarah pada jeda kemanusiaan yang lebih banyak untuk memungkinkan warga sipil melewati pertempuran dan bantuan menjangkau mereka yang membutuhkan," kata Guterreskepada Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 orang.

"Kita harus terus melakukan semua yang kita bisa untuk mengeluarkan orang-orang dari neraka ini," tutur Guterres dilansir dari Reuters dan Channel News Asia, Jumat (6/5).

Kepala hak asasi manusia PBB, Michelle Bachelet, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa selama sekitar lima minggu dari akhir Februari di daerah sekitar Kyiv, pasukan Rusia menargetkan warga sipil laki-laki, yang mereka anggap mencurigakan. Rusia membantah menyerang warga sipil.

"Para pria ditahan, dipukuli, dieksekusi dengan cepat dan, dalam beberapa kasus, dibawa ke Belarus dan Rusia, tanpa sepengetahuan keluarga mereka, dan ditahan di fasilitas penahanan pra-sidang," kata Bachelet.

Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, menggambarkan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik sebagai mengerikan dan mengatakan meningkatnya korban sipil sangat disesalkan. Dia meminta semua pihak untuk menahan diri secara maksimal agar tidak melukai warga sipil.

"Mengirimkan senjata tidak akan memberikan perdamaian dan konflik tidak memiliki pemenang," kata Zhang, mendorong pembicaraan untuk mengakhiri perang.

Guterres juga telah memperingatkan invasi Rusia pada 24 Februari di Ukraina bahkan memberikan tekanan yang lebih besar pada negara berkembang.

Dia mengatakan kepada Dewan Keamanan, dia siap untuk memfasilitasi pembicaraan tentang mengintegrasikan kembali produksi pertanian Ukraina dan produksi makanan dan pupuk Rusia dan Belarusia ke pasar dunia, meskipun ada perang.

Rusia menyebut tindakan di Ukraina sebagai "operasi khusus".

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi