Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Harga daging sapi dari pantauan PIHPS Kota Medan sejauh ini masih terlihat normal. Berada dalam rentang Rp 120 ribu hingga Rp 140 ribu per Kg.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, meskipun saat ini telah terjadi penyebaran penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak seperti sapi, kambing, hingga babi, penyebaran penyakit tersebut belum begitu mempengaruhi harga jual daging sapi belakangan ini.
“Hanya saja belum lama lagi kita akan merayakan Idul Adha, yang tentunya meningkatkan jumlah permintaan akan sapi hidup untuk keperluan kurban,” kata Gunawan, Jumat (20/5).
“Jadi, masyarakat perlu tahu kalau kuntuk pemenuhan daging sapi sehari-hari, ini kan pada umumnya mampu dipenuhi oleh daging sapi dari feedlotter. Umumnya sapi indukan yang didatangkan dengan cara impor,” lanjutnya.
Kalau sapi untuk keperluan kurban, menurut Gunawan, pada umumnya dipenuhi dengan sapi hidup dari wilayah sekitar. “Memang untuk Sumit sebagian besar kebutuhan sapi kurban, estimasi saya 60%, mampu dipenuhi dari wilayah Sumut. Tetapi sebelumnya memang ada sapi dari luar wilayah Sumut seperti dari Jawa maupun Aceh,” terangnya.
Munculnya larangan untuk tidak membeli hewan kurban dari luar wilayah Sumut akan menjadi masalah jika permintaan akan hewan kurban tidak mampu dibarengi dengan ketersediaannya.
“Saya menilai selama feedlotter masih mampu menyediakan kebutuhan daging sapi. Harga daging sapi besar kemungkinan akan masih bertahan. Kalaupun melonjak estimasi saya masih di kisaran Rp 140 ribu paling mahal di Idul Adha tahun ini,” sebut Gunawan.
Namun, lanjutnya, yang menjadi persoalan adalah kebutuhan untuk hewan kurban. Besar kemungkinan harga sapi lokal hidup berpeluang naik tajam. Meskipun dengan adanya PMK, ada peluang terjadinya penurunan minat masyarakat untuk berkurban.
“Tetapi data statistik sebelumnya akan lebih sulit dijadikan acuan untuk tahun ini, dikarenakan adanya penyakit PMK,” ucap Gunawan.
Jadi kalau mengukur kemungkinan penurunan daya beli dengan minat masyarakat untuk berkurban akan mudah terlihat. Tapi kalau menarik kesimpulan penurunan minat berkurban karena penyakit, nah ini contoh kasus sebelumnya sangat sulit didapatkan.
"Tetapi mengacu pada ekspektasi saya, kebutuhan untuk sapi kurban di Sumut hanya mampu dipenuhi 60% dari wilayah Sumut. Dan dengan berasumsi terjadi penurnan minat berkurban karena dua hal yakni karena penyakit maupun daya beli. Katakanlah terjadi penurunan minat sebesar 15% hingga 20%. Maka potensi harga sapi lokal naik sebesar 25% hingga 30% berpeluang terjadi,” terangnya.
Jika asumsi tersebut benar-benar terjadi, maka potensi kenaikan harga daging sapi juga berpeluang terjadi. Kalau mengacu kepada rentang harga daging sapi saat ini di kisaran Rp 120 ribu hingga Rp 140 ribu per Kg, maka harga daging sapi nantinya bisa bergerak dalam rentang tipis di kisaran Rp 135 hingga Rp 140 ribu per Kg-nya.
(RZD/RZD)