Analisadaily.com, Jakarta - Komitmen untuk turut berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim terus digalakkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sehingga bisa menciptakan pertumbuhan berkelanjutan. Bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup Internasional yang jatuh pada 5 Juni 2022, BRI terus berinovasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital sehingga dapat mengurangi potensi emisi korban serta penggunaan sumber daya alam. Disamping itu, inisiatif yang dilakukan BRI ini juga selaras dengan isu lingkungan dan perubahan iklim yang menjadi salah satu isu/agenda prioritas G20 Indonesia 2022.
Hari Lingkungan Hidup Internasional, BRI Perkuat Komitmen Atasi Perubahan Iklim
Penanaman 10.000 Pohon Mangrove (Analisadaily/istimewa)
Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengungkapkan komitmen tersebut juga sejalan dengan implementasi Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola) atau ESG. Perseroan menyadari bahwa perubahan iklim memiliki dampak signifikan yang secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian nasional yang kemudian berdampak pada kinerja perbankan.
Dalam upayanya mengatasi dampak perubahan iklim, BRI sebagai salah satu lembaga keuangan terbesar di Indonesia terus meningkatkan pembiayaan pada sektor-sektor berkelanjutan. Hingga kuartal I-2022, penyaluran kredit ke sektor hijau (green sector) mencapai Rp639,9 triliun atau tumbuh 13,4% secara year on year (YoY).
Pembiayaan tersebut didominasi oleh sektor UMKM sebesar Rp568,4 triliun. Lebih lanjut, sebanyak Rp45,2 triliun ke sektor pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan, Rp14,6 triliun ke sektor clean transportation. Kemudian, sebanyak Rp2,1 triliun kepada sektor green building dan Rp6,3 triliun ke sektor yang terkait renewable energy.
Penyaluran pembiayaan ke green sector tersebut juga ditopang oleh aksi korporasi perseroan, yakni penerbitan sustainability bond senilai USD 500 juta pada 2019 lalu. Dana yang dihimpun perseroan tercatat telah digunakan untuk aktivitas sosial sebesar 69% dan green projects sebesar 31%.
“Risiko perubahan iklim ini dapat mempengaruhi kegiatan operasional nasabah pinjaman perbankan dan performa ekonomi mereka yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan mereka untuk membayar pinjaman yang telah diberikan oleh bank. Oleh sebab itu, sangat penting bagi BRI untuk dapat menganalisa risiko perubahan iklim yang dihadapi oleh calon nasabah pinjaman untuk mempertimbangkan dampak yang akan dihadapi oleh perusahaan pada pinjaman yang diberikan,” ungkap Solichin.
Pembiayaan berkelanjutan tersebut juga ditopang oleh operasional layanan BRI yang dalam hal penetrasi digital telah cukup tinggi. Sebagai contoh, implementasi BRISPOT yang menjadi solusi penyaluran kredit secara digital serta dapat mengurangi penggunaan kertas. Disamping itu, adanya digital banking Super Apps BRImo yang menyediakan lebih dari 100 layanan dalam satu aplikasi saja, semakin membuat transaksi menjadi lebih ramah lingkungan. Adapun potensi pengurangan emisi dari digitalisasi di BRI bisa mencapai 1.233 KgCO2.
“Era digital memberikan berbagai peluang bagi Perusahaan. Produk dan jasa yang berbasis digital menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, proses digitalisasi berpotensi mendukung penurunan emisi dan penghematan sumber daya,” tutup Solichin.(JG)