Menteri Pertahanan Fiji, Inia Batikoto Seruiratu, berbicara pada sesi pleno selama Dialog Shangri-la di Singapura pada 12 Juni 2022. (AP Photo/Danial Hakim)
Analisadaily.com, Singapura - Menteri pertahanan Fiji, Inia Batikoto Seruiratu, mengatakan perubahan iklim merupakan ancaman keamanan terbesar di kawasan Asia-Pasifik. Ia menyampaikan itu dalam pertemuan puncak pertahanan yang telah didominasi perang di Ukraina dan perselisihan antara China dan Amerika Serikat di Singapura, Minggu (12/6).
Kepulauan Pasifik dataran rendah, yang meliputi Fiji, Tonga dan Samoa, adalah beberapa negara paling rentan di dunia terhadap peristiwa cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Fiji telah dihantam serangkaian topan tropis dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan banjir dahsyat yang telah membuat ribuan orang mengungsi dari rumah mereka dan melumpuhkan perekonomian pulau itu.
“Di benua Pasifik biru kami, senapan mesin, jet tempur, kapal abu-abu, dan batalyon hijau bukanlah masalah keamanan utama kami,” kata Seruiratu pada Dialog Shangri-La, pertemuan keamanan utama Asia.
"Satu-satunya ancaman terbesar bagi keberadaan kita adalah perubahan iklim. Ini mengancam harapan dan impian kemakmuran kita," tegasnya.
Pertemuan, yang ditutup pada hari Minggu, telah didominasi oleh perdebatan tentang invasi Rusia ke Ukraina dan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China atas segala hal mulai dari kedaulatan Taiwan hingga pangkalan angkatan laut di Pasifik.
Kepulauan Pasifik menjadi fokus ketegangan regional tahun ini setelah China menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon pada April, yang mengkhawatirkan Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru, yang takut akan peningkatan kehadiran militer oleh Beijing di Pasifik.
Beijing telah mengatakan mereka tidak mendirikan pangkalan militer di Kepulauan Solomon dan bahwa tujuannya adalah untuk memperkuat kerja sama keamanan dengan negara-negara kepulauan Pasifik.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, melakukan tur ke pulau-pulau Pasifik bulan lalu dengan harapan mengamankan pakta perdagangan dan keamanan regional, tetapi negara-negara kepulauan tidak dapat mencapai konsensus tentang kesepakatan.
Seruiratu mengecilkan kekhawatiran tentang pertempuran untuk pengaruh di kepulauan Pasifik sambil menyoroti kesediaan negaranya untuk bekerja dengan berbagai negara.
"Di Fiji, kami tidak terancam oleh persaingan geopolitik. Kami harus menyesuaikan cara kami bekerja dan dengan siapa kami bekerja untuk mencapai stabilitas," tambah Seruiratu.(CSP)