Budaya Digital: Memasarkan Produk Lokal di Dunia Digital

Budaya Digital: Memasarkan Produk Lokal di Dunia Digital
Webinar “Budaya Digital: Memasarkan Produk Lokal di Dunia Digital” (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Senin - Internet yang saat ini telah menjadi bagian dari perkembangan teknologi memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi kehidupan tidak terkecuali dalam sektor ekonomi.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Anton Sukartono Suratto mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam kebudayaan, dan beragam budaya tersebut memiliki value atau nilai. Hal ini tentu dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk lokal di era digital sekarang ini.

“Produk lokal merupakan produk yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Biasanya produk ini memiliki keunikan atau kekhasan dari tempat asalnya, bentuknya bisa berupa makanan, karya pengrajin, kain, objek wisata, hingga kesenian Sebagai seorang penjual yang hendak memasarkan produknya, tentu butuh sesuatu hal yang unik untuk menarik minat pembeli. Akan tetapi, sesuatu itu harus diawali dari diri sendri dengan kemauan, kesiapan, kreativitas, inovatif, pengetahuan, dan kemampuan. Kemudahan menjual bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penjual karena harus menyiapkan dirinya akan digitalisasi. Pada era digitalisasi, umumnya jual beli menggunakan e-commerce dan marketplace,” tuturnya, Selasa (28/6).

Ia mendorong masyarakat untuk memulai memasarkan produk lokal secara digital. Produk yang telah dipasarkan secara digital, tentu memiliki peluang untuk menembus pasar internasional.

Menurutnya, produk-produk lokal masih harus berjuang untuk merajai pasar di negeri sendiri. Dan salah satu tantangannya adalah soal jaringan pemasaran.

”Saat ini kita bisa melihat bahwa antusiasme masyarakat di dunia digital sudah sangat besar sehingga eksistensi sebuah produk atau brand di dunia digital sangat penting agar dapat menjangkau para konsumennya. Selain itu bagi yang sudah nyaman menggunakan strategi pemasaran secara offline, persaingan penjualan produk di dunia digital akan menjadi sebuah tantangan besar bagi mereka yang sama sekali tidak mengenal pemasaran dengan digital. Maka tidak heran jika banyak pelaku usaha yang sudah berdiri sejak puluhan tahun tiba-tiba gulung tikar karena tidak bisa menyesuaikan perkembangan zaman,” terangnya.

Maka dari itu ia berpesan kepada masyarakat untuk memanfaatkan teknologi digital yang bisa membantu menjangkau konsumen secara lebih luas, lebih personal, dan lebih efisien secara anggaran.

Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan, jika peningkatan literasi digital sangat dibutuhkan di era digital untuk meminimalisir terjadinya penggunaan internet yang memberi dampak negatif.

“Masifnya penggunaan internet membawa serta resiko seperti penipuan online, hoax, cyberbullying, dan konten-konten negatif lainnya. Maka dari itu peningkatan penggunaan internet harus disertai dengan kemampuan literasi digital yang mumpuni agar tetap dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” tutur Samuel Abrijani Pangerapan dalam webinar kali ini.

Agar dapat mencapai tujuan tersebut, Kominfo bersama mitra dan jaringannya menyelenggarakan pelatihan digital untuk menanamkan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2021, program tersebut mampu menjangkau lebih dari 515 kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Namun, peningkatan literasi digital merupakan tantangan besar sehingga membutuhkan dukungan semua pihak agar dapat meningkatkan literasi digital dan mengembangkan sumber daya manusia digital untuk mewujudkan Indonesia Digital Asian.

Peneliti Ekonomi Digital SIGMAPHI, Gusti Raganata, memaparkan berdasarkan data angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat sejak tahun 2020 sampai awal tahun 2022 dari 2.97% menjadi 5.01%.

Ia juga mengatakan pada saat terjadi pandemi, ada sektor ekonomi yang mengalami penurunan, namun ada juga sektor ekonomi yang justru cenderung meningkat, salah satunya yaitu E-Commerce.

Menurut data yang bersumber dari hootsuite, pada Januari 2021 tercatat pengguna internet di Indonesia mencapai 73,7% dari total populasi, tentunya sebagian besar pengguna tersebut merupakan pengguna E-Commerce.

Ia juga mengatakan bahwa ada beberapa alasan masyarakat Indonesia memilih untuk menggunakan E-Commerce dalam kehidupan sehari-hari, kualitas produk yang baik, layanan pengiriman yang variatif, layanan pengiriman cepat, dan fitur tracking pengiriman yang baik.

Selanjutnya, ia memaparkan data yang menyatakan bahwa produk fashion, makanan dan minuman, serta peralatan rumah tangga adalah beberapa kategori produk yang paling diminati di E-Commerceyang ada di Indonesia.

Adapun beberapa platform E-Commerce yang menjadi favorit di Indonesia, seperti Tokopedia, Shopee, BukaLapak, Lazada, dan Blibli. Masing-masing platform tersebut memiliki admin fee yang berbeda-beda.

Kemudian, ia menjelaskan tentang keberadaan UMKM di E-Commerce. “UMKM yang ada di e-commerce tuh rata-rata 82%, kenapasih orang-orang ini mau berjualan di e-commerce? Pertama, flexibilitas waktu dan pemasukan. Jadi bapak ibu kalau misalkan sambil nyawah bisa, sambil kerja kantoran juga bisa. Kedua, karena ada PSBB waktu itu dan PPKM. Ketiga, tulang punggung dan kehilangan mata pencaharian, keempat, berkurangnya bisnis secara offline. Kelima, memiliki resiko yang lebih rendah daripada bisnis offline. Keenam, di-PHK dari pekerjaan sebelumnya. Jadi ini manfaat-manfaat berjualan di e-commerce,” terangnya.

Selanjutnya ia juga menjelaskan bahwa pelaku-pelaku UMKM yang berjualan di E-Commerce juga mendapatkan permodalan. “Nah ini juga kalau misalkan jualan di E-Commerce ternyata dapat bantuan penyaluran permodalan. Ada 62 debitur Rp 6,5 miliar disalurkan kepada UMKM di aplikasi Grab. Kalau di aplikasi Gojek ada 45 debitur UMKM mendapatkan KUR sebesar Rp. 4,72 miliar. Di Tokopedia lebih besar lagi, dan juga di Shopee,” jelasnya.Namun berjualan di E-Commerce juga tentunya memiliki hambatan, diantaranya adalah literasi digital yang rendah, infrastruktur yang tidak layak, dan kurangnya pengetahuan untuk berjualan secara online.

Ia mengatakan bahwa E-Commerce merupakan pemenang di era Pandemi Covid, peningkatan transaksi dan berubahnya pola transaksi dari offline ke online. Ia mendorong masyarakat agar berani untuk mengambil langkah menjadi UMKM yang terjun ke dunia E-Commerce.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi