Tiga Ras didorong menjadi Desa Wisata yang bersih (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Simalungun - JAPFA melalui anak usahanya, STP, melakukan Gerakan Aksi untuk Linkungan (GAUL) berupa pengendalian dan pengelolaan sampah di Desa Tiga Ras, Kamis (14/7).
STP bekerja sama Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) memberikan pembelajaran bersama akan pentingnya mengelola sampah rumah tangga kepada masyarakat di desa tersebut.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi dorongan bagi masyarakat desa agar lebih menyadari kondisi lingkungan sekitar, serta mampu melakukan upaya pengelolaan sampah yang efektif.
Khamizul Q. Harahap, Head of Aquafeed STP Medan mengungkapkan, “Kami menyadari sebagai salah satu perusahaan yang memiliki unit bisnis yang dekat dengan masyarakat Tiga Ras memiliki tanggung jawab sosial dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.”
“Apalagi, Danau Toba kini telah menjadi destinasi pariwisata prioritas yang diharapkan mampu memdatangkan turis dan menambah manfaat ekonomi bagi masyarakat. Upaya kami dalam rangka mendukung hal tersebut, dilakukan dengan melakukan Gerakan Aksi untuk Lingkungan serta mendampingi masyarakat sepanjang proses tersebut.”
Saat ini, berbagai gerakan penanganan sampah sudah banyak dilakukan oleh pihak desa serta kelompok masyarakat di Tiga Ras. Hanya saja, dalam pelaksanaannya masih belum terstruktur dan bersifat sporadis. Sehingga, STP kemudian menggandeng LPPM IPB untuk merancang program bersama agar kegiatan penanganan sampah tersebut dapat berjalan secara komprehensif serta memberikan dampak yang optimal.
Inovasi serta teknologi gabungan diantara keduanya disatukan dengan harapan mampu mendorong Desa Tiga Ras menjadi salah satu destinasi wisata Danau Toba yang bersih dan nyaman.
Prof. Manuntun Parulian Hutagaol, peneliti LPPM IPB menyampaikan, “Kegiatan kami di Desa Tiga Ras diawali dengan orientasi serta melakukan pertemuan dengan pihak desa terkait. Hal tersebut dilakukan agar kami mendapat gambaran yang tepat akan masalah yang dihadapi masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga maupun di lingkungan sekitarnya.”
Ia mengungkapkan bahwa ketidaktahuan serta kurangnya kesadaran masyarakat masih menjadi faktor utama yang menghambat tidak terkelolanya sampah dengan baik. Sehingga, dalam rancangan programnya, ia membagi kegiatan tersebut menjadi lima tahapan.
Tahap pertama dimulai dengan meningkatkan kesadaran dengan melakukan sosialisasi upaya mengurangi sampah. Kegiatan ini menyasar anak sekolah, pengelola sampah hingga kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Langkah berikutnya ialah memilah sampah, dilanjutkan pengangkutan sampah yang berujung pada pengolahan sampah. Demi memastikan keberlanjutan program ini, diusulkan regulasi bersama yang dijadikan komitmen bersama untuk dapat diterapkan secara terus menerus.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Perikanan dan Peternakan Simalungun, Robert Pangaribuan, menyampaikan apresiasinya kepada lembaga yang telah memiliki perhatian akan kelestarian lingkungan di wilayahnya.
“Kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengelola sampah, baik di tingkat rumah tangga, area danau hingga tempat wisata,” ucapnya.
“Sejak Danau Toba dijadikan salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP) oleh Kemenpraf, kami selalu berupaya untuk menjadikan wilayah kami menjadi tempat wisata yang memberikan kesan akan keindahan alam yang dimiliki. Sehingga, kebersihan dan pengelolaan sampah menjadi penting untuk kami kelola dengan tepat,” sambungnya.
(FHS/RZD)